Para ilmuwan mengatakan bahwa efeknya bahkan terlihat pada orang yang tidak dirawat di rumah sakit karena Covid-19. Namun, penyelidikan lebih lanjut harus dilakukan untuk melihat apakah dampaknya bertahan dalam jangka panjang atau tidak.
"Ada bukti kuat untuk kelainan terkait otak pada (penyintas) Covid-19," kata para peneliti dalam studi mereka, dilansir dari Malay Mail, Selasa, 8 Maret 2022.
"Bahkan dalam kasus ringan, peserta dalam penelitian menunjukkan memburuknya fungsi eksekutif yang bertanggung jawab untuk fokus dan pengorganisasian," sambung mereka.
Peneliti mengatakan, ukuran otak rata-rata menyusut antara 0,2 persen hingga 2 persen.
Studi peer-review, yang diterbitkan dalam jurnal Nature, menyelidiki perubahan otak pada 785 peserta berusia 51-81 yang otaknya dipindai dua kali. Sebanyak 401 peserta tertular Covid-19 di dua pemindaian mereka.
Pemindaian kedua dilakukan rata-rata 141 hari setelah yang pertama. Penelitian dilakukan ketika varian Alpha dominan di Inggris dan tidak melibatkan siapa pun yang terinfeksi varian Delta.
Studi telah menemukan beberapa orang yang memiliki Covid-19 menderita 'kabut otak' atau kekeruhan mental yang mencakup gangguan perhatian, konsentrasi, kecepatan pemrosesan informasi, dan memori.
Para peneliti tidak mengatakan apakah vaksinasi terhadap Covid-19 berdampak pada kondisi tersebut. Namun, Badan Keamanan Kesehatan Inggris mengatakan, tinjauan terhadap 15 penelitian menunjukkan, gejala Covid-19 lebih mungkin timbul di orang yang belum divaksinasi ketimbang yang sudah.
Baca: Kerusakan Otak akibat Covid-19 Mirip dengan Penyebab Stroke
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News