Tallinn: Saat perang Rusia-Ukraina memasuki hari ke-25 pada Senin, 21 Maret 2022, satu negara bergabung dengan kubu Barat dalam mengecam "operasi militer khusus" Rusia di Ukraina. Negara tersebut adalah Estonia, yang menekankan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin tidak boleh dibiarkan menang dalam peperangan ini.
Berbicara kepada CNN pada hari Minggu kemarin, Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas mengaku "terpukul" atas apa yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina.
"Kami melakukan apa yang kami bisa untuk mendukung dan membantu Ukraina. Putin tidak boleh menang dalam perang ini," sambungnya, dikutip dari Republic World.
PM Kallas, yang juga akan menghadiri pertemuan NATO terkait isu Rusia-Ukraina, mengatakan bahwa strategi mengakhiri perang harus difokuskan pada "pembendungan pintar." Ini artinya, ungkap dia, NATO harus mengubah fokus dari "posisi pencegahan" ke "posisi pertahanan."
Ini meliputi langkah meningkatkan kontribusi negara-negara NATO dalam memperkuat pertahanan antar negara, dan juga pertahanan NATO secara keseluruhan.
"Ada beberapa kapabilitas yang terlalu mahal bagi satu negara tunggal, tapi jika kita melakukannya bersama-sama di Eropa, kita akan menjadi semakin kuat," tutur PM Kallas.
Ia juga menyerukan negara-negara unttuk mengisolasi Rusia "di semua level politik."
Negara-negara G7, Uni Eropa dan NATO akan bertemu di Brussels pada 24 Maret mendatang untuk mendiskusikan invasi Rusia ke Ukraina.
Baca: Zelensky Mengakui Ukraina Memang Tidak Bisa Menjadi Anggota NATO
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id