Isi konten laporan sudah sempat disinggung Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dalam sebuah pidato pada Senin kemarin. Pidato disampaikan menjelang pertemuan menteri-menteri luar negeri NATO.
"Tiongkok bukan lawan kita. Kebangkitan (militer Tiongkok) merupakan kesempatan penting bagi perekonomian dan perdagangan. Kita perlu terlibat dengan Tiongkok dalam isu-isu seperti pengendalian senjata dan perubahan iklim," ujar Stoltenberg, dilansir dari laman Al Jazeera.
"Tapi ada juga beberapa tantangan terhadap keamanan kita semua," sambungnya.
Menurut Stoltenberg, berbagai tantangan itu termasuk Tiongkok yang menghabiskan banyak anggaran untuk bidang pertahanan dan pengaruh global melalui proyek infrastruktur masif Belt and Road Initiative.
Baca: Latihan Terbesar NATO Digelar di Laut Baltik
Selasa kemarin, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hua Chunying mengatakan bahwa Beijing menyuarakan perdamaian dan keamanan global, bukan intimidasi seperti yang tersirat dalam laporan NATO.
Ia menambahkan bahwa Tiongkok adalah korban diplomasi koersif dan mengklaim bahwa anggaran belanja per kapita Beijing lebih rendah dibanding negara-negara lain.
"Kesamaan nilai yang Tiongkok suarakan adalah perdamaian, pertumbuhan, keadilan, demokrasi, dan kebebasan. Saya tidak tahu apakah kata-kata ini dapat dikenali oleh negara-negara NATO. Bukankah ini adalah sebuah nilai yang harus kita pegang bersama?" tanya Hua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News