Menurut Gedung Putih, kelompok militan Taliban telah berjanji membukakan akses aman bai warga sipil yang hendak pergi ke bandara Kabul. Evakuasi dilakukan di tengah harapan warga lokal bahwa AS dapat membantu mereka keluar dari Afghanistan.
Sebelumnya, Gedung Putih menuturkan, 11 ribu warga negara AS tetap berada di Afghanistan, termasuk diplomat, kontraktor dan lainnya. Sebagian besar dari mereka menunggu untuk dievakuasi setelah pengambilalihan kekuasaan di Afghanistan oleh Taliban.
Sementara itu, Negeri Paman Sam ingin menyelesaikan eksodus sebelum batas waktu penarikan 31 Agustus. Ribuan tentara AS berada di bandara ketika Pentagon berencana meningkatkan penerbangan pesawat angkut C-17.
Baca: Jasad Ditemukan Tersangkut di Roda Pesawat AS yang Terbang dari Kabul
"Sekarang, setelah kami menetapkan alurnya, kami memperkirakan jumlah (warga yang dievakuasi) akan meningkat," tutur pejabat Gedung Putih, dikutip dari Washington Post, Rabu, 18 Agustus 2021.
Para pejabat AS mengatakan, mereka berkoordinasi dengan Taliban untuk memastikan operasi penerbangan di Bandara Internasional Hamid Karzai tetap aman dari serangan. Taliban menegaskan warga AS dan Afghanistan bisa pergi secara aman.
"Tidak ada interaksi bermusuhan. Tidak ada serangan dan ancaman dari Taliban," seru Mayor Jenderal Hank Taylor di Pentagon.
Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Ned Price menuturkan, AS dapat memutuskan untuk mempertahankan kehadiran diplomatik intinya di Afghanistan.
"Jika kondisi aman, kami berpotensi tinggal lebih lama," kata Price.
Ia juga meminta Taliban menepati janji untuk menghormati hak-hak warga negara, termasuk perempuan.
Sebagian besar warga yang diangkut AS merupakan warga Afghanistan. Mereka nantinya akan diberikan visa pengungsi Amerika Serikat.
"Sebagian besar telah bekerja sebagai penerjemah untuk pasukan Amerika dan NATO, sebagian warga asing dan warga Afghanistan 'berisiko' lainnya," tutur Price.
Kelompok militan Taliban berusaha memperbaiki citranya di mata internasional terkait kekhawatiran mengenai hak-hak perempuan setelah mereka menguasai Afghanistan. Dalam sebuah konferensi pers di Kabul, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid berjanji akan melindungi hak-hak perempuan, namun tetap dalam "kerangka aturan Islam."
"Perempuan akan menerima semua hak-hak mereka, terlepas apakah itu dalam hal pekerjaan atau aktivitas lain. Ini dikarenakan perempuan adalah bagian kunci dari sebuah masyarakat," kata Zabihullah.
Zabihullah mengatakan, perempuan adalah isu yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup masyarakat Afghanistan. "Emirat Islam (Afghanistan) meyakini adanya hak-hak perempuan dalam Islam," ucap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News