Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. (JOHANNA GERON / POOL / AFP)
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. (JOHANNA GERON / POOL / AFP)

WHO: Covid-19 Akan Terus Bermutasi, Tapi Tingkat Keparahannya Berkurang

Medcom • 31 Maret 2022 12:22
Jenewa: Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu, 30 Maret 2022 menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 atau Covid-19 akan terus bermutasi dan menyebar secara global. Namun, rangkaian mutasi tersebut akan diiringi oleh tingkat keparahan yang semakin menurun.
 
Berbicara dalam sebuah pertemuan daring, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan tiga skenario kemungkinan terkait perkembangan pandemi Covid-19 tahun ini.
 
"Berdasarkan apa yang kita ketahui sekarang, skenario yang paling mungkin adalah virus terus bermutasi, tapi tingkat keparahan penyakit yang disebabkannya berkurang seiring waktu karena kekebalan masyarakat meningkat berkat vaksinasi dan infeksi," katanya, seperti dikutip dari Shine, Kamis, 31 Maret 2022.

Tedros turut memperingatkan bahwa dapat terjadi lonjakan infeksi kasus dan kematian secara berkala ketika imunitas menurun. Oleh karenanya, mungkin program pemberian vaksin booster secara berkala diperlukan bagi masyarakat rentan.
 
"Dalam skenario terbaik, kita mungkin akan melihat munculnya varian yang lebih ringan, sehingga booster atau formulasi vaksin baru tidak diperlukan," imbuh Tedros.
 
"Dalam skenario terburuk, muncul varian yang lebih ganas dan sangat mudah menular. Menghadapi ancaman baru ini, perlindungan masyarakat terhadap gejala parah dan kematian, baik dari vaksinasi maupun infeksi, akan berkurang dengan cepat."
 
Mengenai dua skenario ini, Tedros menyampaikan rekomendasinya kepada negara-negara dunia, dengan tujuan utama mengakhiri fase akut pandemi di tahun 2022.
 
Baca:  WHO Laporkan Ada Peningkatan dalam Kasus Covid-19 Dunia
 
"Pertama, peningkatan pengawasan, laboratorium, dan informasi kesehatan masyarakat; kedua, vaksinasi, tindakan kesehatan dan sosial masyarakat, dan keterlibatan masyarakat; ketiga, perawatan klinis untuk Covid-19, dan sistem kesehatan yang kuat; keempat, penelitian dan pengembangan, dan akses menyeluruh terhadap peralatan dan perlengkapan, dan kelima, koordinasi, sebagai transisi tanggapan dari mode darurat ke manajemen penyakit pernapasan jangka panjang."
 
Vaksinasi dengan distribusi yang adil, ulang Tedros, tetap menjadi alat paling kuat untuk menyelamatkan nyawa. Namun, di saat sejumlah negara maju mulai meluncurkan pemberian dosis keempat untuk warganya, sepertiga populasi dunia belum menerima satu pun suntikan vaksin, termasuk 83 persen populasi Afrika, sebagaimana dicatat data WHO.
 
"Ini tidak bisa saya terima, dan seharusnya tidak bisa diterima oleh siapa pun," ujar Tedros.
 
Ia bertekad untuk menyelamatkan nyawa masyarakat dunia dengan memastikan bahwa setiap orang memiliki akses terhadap tes, pengobatan, dan vaksin Covid-19. (Kaylina Ivani)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan