Seorang pejabat AS menilai, aksi unjuk kekuatan tersebut tidak akan membantu dalam melanjutkan proses negosiasi denuklirisasi antara Washington dan Pyongyang.
"Sangat mengecewakan saat melihat DPRK (Korea Utara) terus memprioritaskan program misil balistik dan nuklir mereka," ucap pejabat tersebut, dilansir dari AFP, Senin, 12 Oktober 2020. DPRK merupakan singkatan dari nama resmi negara Korut.
"AS tetap mengacu pada pertemuan terakhir Presiden (AS Donald) Trump Ketua Kim (Jong-un) di Singapura. AS menyerukan DPRK untuk tetap terlibat dalam negosiasi berkelanjutan untuk mencapai denuklirisasi penuh," imbuh dia.
Para analis mengatakan, kemunculan rudal ICBM jenis terbaru membuktikan bahwa Korut memang akan terus mengembangkan senjata mereka, walau proses diplomatik masih berlangsung. Mereka mengatakan, ICBM merupakan misil berbahan bakar terbesar yang ada di dunia saat ini.
Sementara itu di negara tetangga, Korea Selatan mendorong Kirut untuk tetap berpegang teguh pada sejumlah perjanjian yang sejauh ini mencegah terjadinya bentrokan bersenjata antar kedua negara.
Parade masif di peringatan 75 tahun Partai Pekerja Korut memperlihatkan beberapa senjata baru, termasuk sebuah misil balistik antarbenua (ICBM) dan misil balistik yang dapat diluncurkan dari kapal selam (SLBM).
Kantor kepresidenan Korsel atau Blue House telah menggelar pertemuan darurat di Dewan Keamanan Nasional untuk mendiskusikan kemunculan senjata tersebut. Pertemuan juga membahas mengenai pidato Kim Jong-un.
"Kami menekankan kembali komitmen terhadap sejumlah perjanjian antara Selatan dan Utara untuk mencegah konflik bersenjata dan perang," ujar keterangan resmi dari Blue House
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News