Ledakan di Afghanistan. Foto: AFP.
Ledakan di Afghanistan. Foto: AFP.

AS Salahkan Inggris atas Ledakan di Bandara Kabul

Marcheilla Ariesta • 31 Agustus 2021 20:37
Washington: Pentagon menyalahkan Inggris karena membiarkan gerbang bandara di Kabul, Afghanistan tetap terbuka sehingga serangan teror terjadi. Akibat hal tersebut, hubungan khusus AS-Inggris mengalami ketegangan.
 
Orang dalam pemerintah dan anggota parlemen Tory mengatakan Amerika Serikat mencoba mengalihkan kesalahan setelah serangan teror pekan lalu.
 
Serangan di bandara Kabul pada Kamis pekan lalu menyebabkan kedua negara saling menyalahkan. Pentagon mengklaim AS terus membuka gerbang bandara Kabul untuk membantu upaya evakuasi Inggris meskipun ada risiko serangan yang tinggi.

Mantan pemimpin Tory (sebutan Partai Konservatif), Sir Iain Duncan Smith menyalahkan AS dan Presiden Joe Biden atas serangan tersebut.
 
"Presiden Biden bertanggung jawab atas keputusan-keputusan yang saya yakin, sangat penting dalam rangkaian peristiwa yang telah kita lihat," kata Smith, dilansir dari LBC, Selasa, 31 Agustus 2021.
 
Baca juga: Ini Dia Prajurit Terakhir AS yang Tinggalkan Afghanistan
 
"Saya pikir sekarang untuk mencoba memberi pengarahan kepada Inggris mengenai pemboman bunuh diri. Karena, Anda tahu jika pemerintah Amerika Serikat atau militer AS sangat serius dengan menutup gerbang, mereka akan menutupnya," imbuh dia.
 
Menurut catatan Pentagon yang bocor, Read Admiral Peter Vasely, komandan pasukan AS di Afghanistan, ingin menutup Gerbang Abbey. Namun, gerbang tetap terbuka untuk memungkinkan para pengungsi Inggris masuk ke bandara.
 
Pada pukul 18.00 waktu setempat, seorang teroris mengenakan rompi bom bunuh diri berjalan ke kerumunan di luar Gerbang Abbey. Beberapa orang tewas seketika, sementara yang lain terlempar ke parit drainase karena kekuatan ledakan yang dahsyat.
 
Sedikitnya 170 warga Afghanistan, termasuk 28 militan Taliban, dan 13 personel tentara AS tewas. Dua warga negara Inggris, Musa Popal dan Mohamed Niazi tewas.
 
"Kami telah bekerja sama dengan AS untuk memastikan evakuasi aman bagi ribuan orang," kata Kementerian Pertahanan Inggris.
 
Pasukan terakhir AS meninggalkan Kabul sesaat sebelum Senin tengah malam waktu setempat. Kepergian ini memenuhi komitmen Presiden Biden untuk mundur sebelum tenggat waktu.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan