Sekjen PBB Antonio Guterres. (AFP)
Sekjen PBB Antonio Guterres. (AFP)

Sekjen PBB Sebut Perang Rusia-Ukraina 'Tak Bisa Dimenangkan'

Medcom • 23 Maret 2022 11:14
New York: Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Selasa, 22 Maret 2022 mengatakan ini waktunya bagi Rusia untuk menghentikan "perang konyol" di Ukraina yang menurutnya mustahil dimenangkan.
 
Perang ini disebutnya tidak memiliki arah.
 
"Selama lebih dari dua minggu, Mariupol dikepung pasukan Rusia dan dibom tanpa henti, ditembak dan diserang. Untuk apa?" kata Guterres dalam sidang darurat khusus di kantor pusat PBB di New York, dilansir dari AFP, Selasa, 22 Maret 2022.

"Bahkan jika Mariupol runtuh, Ukraina tidak bisa ditaklukkan kota demi kota, jalan demi jalan, rumah demi rumah," sambungnya.
 
Satu-satunya yang dapat dihasilkan dari berlanjutnya pertempuran ini, menurut Guterres, hanyalah "lebih banyak penderitaan, kehancuran, dan horor sejauh mata memandang."
 
Negosiator dari Moskow dan Kiev telah melangsungkan perundingan damai dengan tujuan mengakhiri pertempuran sengit yang kini sudah berlangsung hampir empat minggu. Namun, hingga kini belum ada kemajuan berarti.
 
Meski begitu, Guterres menyebut dirinya yakin bahwa negosiasi diplomatik merupakan sebuah kemajuan dalam upaya untuk mengakhiri pertempuran.
 
"Perang ini tidak bisa dimenangkan. Cepat atau lambat, situasi harus bergerak dari medan perang ke meja damai. Itu tidak dapat dihindari," ujar Guterres.
 
Baca:  PBB: 10 Juta Rakyat Ukraina Mengungsi Sejak Awal Invasi Rusia
 
Rapat Majelis Umum PBB untuk membahas Ukraina akan kembali diadakan Rabu, 23 Maret 2022. Hendak dilakukan pemungutan suara bagi resolusi bersifat tidak mengikat Prancis dan Meksiko yang menentang invasi Rusia.
 
Sebelumnya, awal bulan ini, 141 dari 193 negara anggota PBB mendukung resolusi serupa.
 
Pengambilan suara pekan ini akan menunjukkan apakah Rusia kehilangan atau mendapat dukungan atas tindakannya sejak pemungutan suara awal 2 Maret lalu.
 
Afrika Selatan, yang abstain pada putaran pertama pemungutan suara, kini mempelopori resolusi lain. Resolusi tersebut menyatakan perlawanan terhadap permusuhan yang ada, namun sama sekali tidak menyebut Rusia sebagai pihak yang menyerang. (Kaylina Ivani)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan