Lima: Presiden Peru, Pedro Castillo, berhasil terhindar dari upaya pemakzulan kedua pada Senin, 28 Maret 2022. Upaya melenggserkan ini berlangsung di saat Castillo baru delapan bulan menjabat sebagai presiden Peru.
Menyusul debat yang berlangsung selama lebih dari delapan jam, 55 anggota legislatif sepakat untuk menggulingkan Castillo, 54 tidak setuju, dan 19 abstain.
Sebanyak 87 suara diperlukan untuk menggulingkan pemimpin sayap kiri tersebut, yang dituduh Kongres telah melakukan korupsi dan dinilai tidak mampu menjalankan tugasnya secara moral. Kongres Peru di masa jabatan Castillo didominasi kubu oposisi.
"Mosi untuk mengosongkan kepresidenan republik (Peru) tidak disetujui," ujar pemimpin oposisi, Maria del Carmen Alva, yang mengepalai Kongres, setelah pengambilan suara sekitar pukul 23.00.
Castillo menyambut baik hasil pemungutan suara ini. "Saya memuji fakta bahwa akal sehat, tanggung jawab, dan demokrasi berhasil menang," tulis Castillo di Twitter, dikutip dari AFP.
"Saya meminta semua (anggota legislatif) untuk membuka lembaran baru dan bekerja sama dalam menyelesaikan tantangan-tantangan besar yang dihadapi negara," lanjutnya.
Baca: Belum Setahun, Presiden Peru Dua Kali Hadapi Upaya Pemakzulan
Hasil pemungutan suara pemakzulan ini tidak mengejutkan. Meski oposisi konservatif mendominasi Kongres, mereka tidak memiliki jumlah yang cukup untuk menghentikan Castillo.
"Sejujurnya, kami memang tidak memiliki suara (yang diperlukan)," kata Norma Yarrow dari partai sayap kanan yang bernama Negara Maju (Advanced Country), sebelum pengambilan suara dilaksanakan.
"Kami tidak melihat ini sebagai kekalahan," ucap legislator Alejandro Munante, yang mempelopori upaya menggulingkan Castillo.
Ini kedua kalinya Castillo dihadapkan dengan percobaan menurunkan dirinya dalam delapan bulan menjabat sebagai pemimpin Peru. Negara itu sendiri belum lama memecat beberapa presidennya.
Upaya menggulingkan Castillo ini merupakan kali keenam yang dilakukan Kongres Peru sejak 2017.
Mantan presiden dari sayap kanan, Pedro Pablo Kuczynski, sempat berhasil mempertahankan jabatannya. Namun ia mengundurkan diri tahun 2018 sebelum Kongres membuka debat kedua.
Martin Vizcarra, mantan presiden haluan tengah, juga selamat dari upaya pemecatan, sebelum akhirnya digulingkan pada 2020.
Castillo pun menghadapi upaya serupa Desember lalu. Pihak oposisi menuduh mantan guru sekolah itu atas ketidakmampuan moral dan mentoleransi dugaan korupsi dalam lingkaran terdekatnya.
Ia juga ditentang terkait krisis menteri selama masa jabatannya, di mana terjadi empat perombakan kabinet dalam kurun waktu delapan bulan. (Kaylina Ivani)
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id