Sang presiden merupakan pendatang baru di dunia politik. Kemenangannya dalam pemilu Peru mengejutkan publik karena ia berhasil menumbangkan beberapa elite politik.
Di depan Kongres Peru, Castillo menyebut tuduhan yang dilayangkan terhadap dirinya adalah spekulasi tak berdasar.
"Komentar-komentar yang ada disampaikan tanpa bukti kuat. Sifatnya spekulasi dan imajinasi," kata Castillo, dilansir dari Independent, Selasa, 29 Maret 2022.
Parlemen Peru menyebut Castillo merupakan subjek dari tiga penyelidikan awal terkait potensi korupsi. Hukum Peru menyatakan penyelidikan tidak dapat dilanjutkan jika ia masih menjabat.
Tuduhan lain menyebutkan Castillo sebagai bagian dari kelompok kriminal yang menerima uang atas pekerjaan layanan publik. Tidak hanya itu, parlemen juga menuduh Castillo atas "ketidakmampuan moral permanen," istilah yang dicantumkan dalam undang-undang (UU) konstitusional Peru.
UU tersebut telah digunakan enam kali oleh Kongres Peru dalam upaya mencopot jabatan presiden sejak 2017. Para ahli mengatakan istilah itu tidak memiliki definisi objektif.
Baca: Kongres Peru Sahkan Proses Melengserkan Presiden
Debat berlangsung selama beberapa jam. Setidaknya 87 dari 130 suara anggota Kongres diperlukan untuk memakzulkan seorang presiden Peru dari jabatannya.
Kongres Peru sangat terpecah dengan adanya 10 partai politik, yang membuatnya jarang bisa mencapai kesepakatan untuk mengesahkan UU. Partai Castillo adalah yang terbesar, namun hanya menduduki 37 kursi. Komite penting di Peru dipegang kubu oposisi.
Pemerintah Peru telah mengundang tiga pejabat dari Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) untuk menyaksikan debat pemakzulan.
Terlepas dari apakah Castillo akan dimakzulkan atau tidak, langkah terbaru terhadap dirinya memperburuk kekacauan politik Peru dan memperlemah posisi sang presiden, yang menang dalam pemilu dengan 44.000 suara lebih banyak dibanding lawannya di putaran kedua. (Kaylina Ivani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News