"Di Gaza, pemerintah Israel berupaya mengakhiri kegiatan UNRWA," kata Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini kepada Dewan Keamanan PBB, seperti dikutip dari VOA pada Kamis, 18 April 2024.
"Permintaan badan tersebut untuk mengirimkan bantuan ke utara berulang kali ditolak. Staf kami dilarang menghadiri pertemuan koordinasi antara Israel dan aktor kemanusiaan," tambahnya.
Ia juga menuduh Israel sengaja menargetkan staf dan gedung UNRWA, dengan mengatakan bahwa 178 staf telah terbunuh, dan lebih dari 160 gedung UNWRA, yang sebagian besar digunakan sebagai tempat perlindungan, telah rusak atau hancur. Serangan Israel ini disebut UNRWA menewaskan lebih dari 400 orang sejak perang dimulai pada bulan Oktober.
Lazzarini mengatakan pasukan keamanan Israel juga telah menahan staf UNRWA, yang mengaku mendapatkan penganiayaan dan penyiksaan dalam penahanan.
"Kami menuntut penyelidikan independen dan pertanggungjawaban atas pengabaian terang-terangan terhadap status perlindungan pekerja kemanusiaan, operasi dan fasilitas di bawah hukum internasional,” kata Lazzarini kepada dewan tersebut.
“Melakukan hal sebaliknya akan menjadi preseden berbahaya dan membahayakan pekerjaan kemanusiaan di seluruh dunia,”
Tuduhan Israel terhadap UNRWA
Para pejabat Israel telah mengkritik UNRWA selama bertahun-tahun. Israel menuduh bahwa Hamas menggunakan sekolah-sekolahnya untuk kegiatan teroris dan mempromosikan kurikulum anti-Israel. Setelah serangan teror Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober, retorikanya semakin meningkat.Lazzarini mengatakan tuduhan Israel terhadap UNRWA bermotif politik karena Israel ingin mengakhiri status pengungsi jutaan warga Palestina. "Badan ini ada karena tidak ada solusi politik," tutur Lazzarini.
Dia mengatakan pembubaran UNRWA dalam jangka pendek akan memperdalam krisis kemanusiaan dan mempercepat timbulnya kelaparan, dan dalam jangka panjang, merugikan rekonstruksi Gaza.
Januari lalu, Israel menuduh 12 staf UNRWA terlibat dalam serangan mematikan Hamas pada 7 Oktober. Para staf segera dipecat, dan penyelidikan internal diluncurkan. Namun setelah kejadian tersebut, 16 donor, termasuk kontributor utama Amerika Serikat, menangguhkan kontribusi yang berjumlah sekitar $450 juta.
Sejak itu, beberapa donor telah melanjutkan pendanaan, namun Kongres AS telah membekukan kontribusi lebih lanjut hingga setidaknya bulan Maret 2025. Lazzarini mengatakan badan tersebut saat ini memiliki dana untuk menutupi operasi hingga bulan Juni.
“Waktunya telah tiba untuk mencairkan dana UNRWA,” kata Duta Besar Israel Gilad Erdan kepada dewan tersebut. Dia menuduh Palestina telah "membajak" dan "mempersenjatai" badan tersebut tidak lama setelah pembentukannya pada tahun 1949.
“Tujuan UNRWA bukanlah bantuan atau pendidikan nyata,” kata Erdan.
“Dalam praktiknya, UNRWA menciptakan lautan ‘pengungsi’ Palestina, jutaan dari mereka yang diindoktrinasi untuk percaya bahwa Israel adalah milik mereka. Dan tujuan akhirnya adalah menggunakan apa yang disebut sebagai pengungsi dan ‘hak untuk kembali’ mereka yang memfitnah sebuah hak itu tidak ada untuk membanjiri Israel dan menghancurkan negara Yahudi,” pungkasnya.
Sejak tahun 1948, resolusi PBB telah meminta Israel untuk memfasilitasi kembalinya pengungsi Palestina dan memberikan kompensasi atas hilangnya tanah dan harta benda mereka.
Yordania telah meminta pertemuan di DK PBB pada hari Rabu. Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi sebelumnya pernah mengatakan dengan 2,3 juta warga Palestina di Gaza menghadapi kelaparan, UNRWA sangat dibutuhkan lebih dari sebelumnya. (Nabila Ramadhanty Putri Darmadi)
Baca juga: Israel Tolak Akses Masuk Bantuan UNRWA untuk Gaza Utara
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News