Peru telah dilanda krisis politik, dan aksi protes menentang pemerintah hampir terjadi setiap hari sejak 7 Desember lalu, ketika mantan presiden Pedro Castillo ditangkap karena berusaha membubarkan kongres dan memerintah melalui dekrit.
Menuntut agar Boluarte mengundurkan diri dan menyerukan pemilu baru, para pendukung Castillo telah mendirikan barikade di berbagai ruas jalan. Kondisi ini menyebabkan kekurangan pasokan makanan, bahan bakar, dan kebutuhan dasar lainnya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Melansir dari Malay Mail, Pemerintah Peru berencana mengerahkan polisi dan tentara untuk membersihkan barikade demonstran.
BUlan lalu, parlemen Peru sepakat untuk memajukan pemilu dari 2026 menjadi April 2024.
Dalam menghadapi aksi protes tanpa henti, Boluarte pada hari Jumat kemarin mendesak Kongres untuk menyerukan digelarnya pemilu bulan Desember tahun ini. Namun dalam sesi pleno yang diadakan Sabtu dini hari, Kongres Peru menolak proposal tersebut, dengan 45 suara setuju, 65 menentang dan dua abstain.
Partai-partai sayap kiri Peru telah menuntut agar pemajuan jadwal pemilu disertai konvensi konstitusional - sesuatu yang telah berulang kali diminta pengunjuk rasa.
"Dengan pemungutan suara ini, proposal reformasi konstitusional untuk memajukan pemilu ditolak," kata Presiden Kongres Peru Jose Williams, setelah debat selama lebih dari tujuh jam.
Setelah pemungutan suara di Kongres, Williams menerima permintaan "peninjauan kembali," yang dapat diperdebatkan pada Senin mendatang dalam sebuah sesi baru.
Para pengunjuk rasa menuntut pemilu dalam waktu dekat serta pencopotan Boluarte, pembubaran kongres dan konstitusi baru.
"Tidak ada yang tertarik untuk berpegang teguh pada kekuasaan," ucap Boluarte.
"Saya tidak tertarik untuk tetap menjadi presiden. Jika saya di sini, itu karena saya memenuhi tanggung jawab konstitusional saya," ungkapnya.
Sebagai wakil presiden Castillo, Boluarte secara konstitusional diberi mandat untuk menggantikannya setelah pemakzulan oleh Kongres.
Kementerian Luar Negeri AS mengatakan pada Jumat kemarin bahwa pihaknya tetap prihatin atas demonstrasi kekerasan di Peru. AS pun menyerukan "dialog yang tenang dan meminta semua pihak untuk menahan diri tanpa kekerasan.
Baca juga: Aksi Protes Kian Mencekam, Presiden Peru Serukan Gencatan Senjata Nasional
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id