Usai mendeklarasikan status darurat, Pemerintah Peru memaparkan rencana melakukan "manajemen berkelanjutan" di 21 pantai tercemar 6 ribu barel minyak yang tumpah dari sebuah kapal tanker Sabtu pekan lalu.
Insiden tersebut diakibatkan erupsi gunung berapi bawah laut dekat Tonga yang memicu gelombang tsunami di sekitar Pasifik. Di Peru, tumpahan minyak dekat Lima telah mencemari sejumlah pantai, membunuh burung-burung, mengganggu sektor perikanan dan industri pariwisata.
Dilansir dari voanews, Pemerintah Peru telah meminta perusahaan energi asal Spanyol sebagai pemilik tanker dan kilang minyak untuk membayar ganti rugi. Kementerian Lingkungan Hidup Peru mengatakan bahwa 174 hektare laut, pantai dan cagar alam telah terimbas tumpahan minyak.
Sejak awal kejadian hingga kini, petugas terus berusaha membersihkan tumpahan minyak di area pesisir Peru.
"Tumpahan minyak ini memiliki dampak signifikan terhadap ekosistem pesisir yang memiliki keragaman hayati," ujar Kementerian Lingkungan Hidup Peru.
Pihak kementerian mengatakan bahwa untuk jangka pendek, perusahaan asal Spanyol Repsol bertanggung jawab atas operasi pembersihan tumpahan minyak. Kilang milik Repsol berada di kota Ventanilla dekat Lima.
Repsol mengatakan tumpahan minyak diakibatkan tsunami dari erupsi gunung bawah laut di Pasifik. Pihak perusahaan berargumen bahwa pihaknya tidak bertanggung jawab atas tumpahan, karena Pemerintah Peru tidak memberikan peringatan atas akan adanya gelombang tsunami dari erupsi.
Pekan kemarin, para nelayan dan warga lokal pesisir Peru menggelar unjuk rasa atas tumpahan minyak yang mengganggu kehidupan mereka.
Baca: Rasa Putus Asa Nelayan Peru atas Tumpahan Minyak akibat Letusan Gunung Tonga
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News