Berbicara di Lapangan Santo Petrus di Vatikan yang kembali dipenuhi pengunjung untuk kali pertama sejak 2019, Fransiskus mengatakan bahwa dunia telah melihat "terlalu banyak darah, terlalu banyak kekerasan."
Meski tidak menyebut langsung nama Rusia, ia mengatakan bahwa Ukraina sedang diuji oleh gelombang "kekerasan dan kehancuran" dari sebuah perang yang sia-sia. Fransiskus menolak menggunakan istilah "operasi militer khusus" yang disuarakan Rusia mengenai invasinya ke Ukraina.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Menurut Fransiskus, komunitas global begitu terkejut dan terguncang oleh berlangsungnya peperangan antar dua negara bertetangga tersebut.
"Hati kita semua dipenuhi rasa kesedihan karena ada begitu banyak saudara-saudara kita yang harus berlindung di tengah pengeboman," tutur Fransiskus, merujuk pada nasib warga sipil Ukraina di tengah gempuran pasukan Rusia.
"Semoga ada keputusan untuk mencapai perdamaian. Semoga upaya unjuk kekuatan ini berakhir," sambungnya, dikutip dari The National.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa sekitar 2.000 warga sipil dan ribuan prajurit dari kedua kubu telah tewas dalam perang Rusia-Ukraina. Perang ini telah membuat banyak kota di Ukraina mengalami kerusakan parah dan membutuhkan penyaluran bantuan kemanusiaan.
Sebelumnya, Paus Fransiskus pernah mengatakan bahwa "agresi bersenjata" yang terjadi di belakangan ini sebagai sebuah penistaan dan pengkhianatan terhadap Tuhan.
"Senjata kita adalah doa, kelembutan, pemberian maaf dan cinta bagi tetangga, bagi semua tetangga di mana pun mereka berada," kata Fransiskus.
Baca: Paus Fransiskus: Peperangan Bentuk 'Pengkhianatan' terhadap Tuhan