Sunak bertemu dengan kepala eksekutif dari perusahaan ChatGPT OpenAI, Google Deepmind dan Anthropic untuk membahas masalah tersebut.
"AI adalah teknologi yang menentukan waktu dengan potensi untuk mengubah kemanusiaan secara positif," kata Sunak, dilansir dari The National, Kamis, 25 Mei 2023.
Namun, pernyataan bersama dari pertemuan tersebut mengakui bahwa keberhasilan teknologi bergantung pada memiliki 'pagar yang tepat' sehingga publik dapat yakin bahwa itu aman.
Kepada Sam Altman dari OpenAI, Demis Hassabis dari Google dan Dario Amodei dari Anthropic, Sunak mengatakan, peraturan tersebut harus gesit dan terkoordinasi secara internasional.
Baca juga: Ada Standar dari Negara G7, Kecerdasan Buatan Bakal Lebih Akurat?
"PM dan para CEO membahas risiko teknologi, mulai dari disinformasi dan keamanan nasional, hingga ancaman eksistensial," ucap pernyataan bersama usai pertemuan tersebut.
"Mereka membahas langkah-langkah keselamatan, tindakan sukarela yang sedang dipertimbangkan laboratorium untuk mengelola risiko, dan kemungkinan jalan untuk kolaborasi internasional dalam keamanan dan regulasi AI," sambung pernyataan itu.
Sunak telah mengadvokasi manfaat teknologi untuk keamanan nasional dan ekonomi, tetapi kekhawatiran yang semakin meningkat telah dikemukakan dengan keunggulan bot ChatGPT.
Pekerjaan juga terancam oleh teknologi yang berkembang pesat.
Pekan lalu, BT Group mengatakan, akan memangkas hingga 55.000 pekerja pada akhir dekade ini. Ia berencana untuk beralih ke AI dan layanan otomatis.
Mantan kepala penasihat ilmiah pemerintah Sir Patrick Vallance telah memperingatkan, AI dapat berdampak pada pekerjaan yang sebanding dengan revolusi industri.
Bulan ini, Geoffrey Hinton, pria yang secara luas dianggap sebagai 'ayah baptis AI', memperingatkan beberapa bahaya chatbot AI "cukup menakutkan" saat dia berhenti dari pekerjaannya di Google.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News