Sang raja berbicara dalam sebuah upacara pada hari Sabtu, 1 Juli 2023, yang menandai peringatan 160 tahun penghapusan perbudakan di Belanda, termasuk bekas koloninya di Karibia.
"Saya berdiri di sini, di hadapan Anda semua sebagai raja Anda, dan sebagai bagian dari pemerintahan. Hari ini saya meminta maaf pada diri saya sendiri," kata Willem-Alexander.
"Di hari ini kita mengingat sejarah perbudakan Belanda, dan saya memohon maaf atas kejahatan terhadap kemanusiaan ini," sambungnya, dikutip dari laman Al Jazeera.
Ia mengatakan rasisme dalam masyarakat Belanda tetap menjadi masalah dan tidak semua orang akan mendukung permintaan maafnya.
Perdagangan budak membawa kekayaan besar bagi leluhur sang raja. Belanda mendanai apa yang disebut Zaman Keemasan kerajaan dan budaya mereka pada abad ke-16 dan ke-17 dengan mengirimkan sekitar 600.000 orang Afrika sebagai bagian dari perdagangan budak, di mana sebagian besarnya ke Amerika Selatan dan Karibia.
Desember lalu, Perdana Menteri Mark Rutte meminta maaf atas nama negara Belanda. Raja mengakui permintaan maaf dengan mengatakan, "sebuah permulaan telah dibuat" tetapi juga "jalan yang harus ditempuh masih jauh."
Baca juga: Belanda Mengakui Sepenuhnya 17 Agustus 1945 sebagai Hari Kemerdekaan Indonesia
‘Kewajiban moral untuk bertindak’
Keturunan para budak di masa lalu telah meminta Raja Belanda untuk menggunakan upacara pada hari Sabtu di Oosterpark, Amsterdam ini, untuk meminta maaf.Dalam pidatonya yang disiarkan langsung televisi nasional, Willem-Alexander meminta "pengampunan." Ia mengatakan walau Belanda baru melayangkan permohonan maafnya sekarang, "di titik tertentu, seseorang merasa memiliki kewajiban moral untuk bertindak."
"Rantai benar-benar telah putus," kata Willem-Alexander, yang disambut sorak-sorai dan tepuk tangan ribuan penonton di monumen perbudakan nasional.
Perbudakan secara resmi dihapuskan di Suriname dan tanah-tanah lain yang dikuasai Belanda pada 1 Juli 1863. Tetapi praktik tersebut baru benar-benar berakhir pada tahun 1873 setelah masa transisi selama 10 tahun.
Sebuah studi Belanda yang dirilis pada Juni lalu menemukan bahwa keluarga kerajaan Belanda memperoleh 545 juta euro (USD595 juta) dalam nilai mata uang saat ini antara 1675 dan 1770 dari koloni, di mana perbudakan tersebar luas.
Leluhur jauh raja saat ini, Willem III, Willem IV dan Willem V, termasuk di antara penghasil terbesar dari apa yang disebut laporan itu sebagai "keterlibatan yang disengaja, struktural dan jangka panjang" negara Belanda dalam perbudakan.
Sejak gerakan Black Lives Matter muncul di Amerika Serikat, Belanda sering kali memulai perdebatan sulit tentang masa lalu kolonial dan perdagangan budaknya yang mengubahnya menjadi salah satu negara terkaya di dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News