Jika itu benar terjadi, maka pemimpin Fratelli d'Italia, Giorgia Meloni, akan menjadi perdana menteri perempuan pertama di Italia. Tidak hanya itu, Meloni juga akan menjadi tokoh sayap kanan pertama yang paling signifikan di Italia sejak era Perang Dunia II.
Presiden Italia Sergio Mattarela dijadwalkan bertemu pemimpin dari partai-partai terbesar, termasuk Giorgia Meloni, dalam beberapa hari ke depan untuk membentuk sebuah koalisi berkuasa.
Dikutip dari laman Washington Times, hasil exit poll pemilu Italia mencatat bahwa tiga partai sayap kanan utama di Italia akan mendapat gabungan suara sebesar 40 persen. Sementara aliansi kiri-tengah dari mantan perdana menteri Enrico Letta hanya berada di posisi ketiga.
Menurut hasil exit poll dari media nasional Rai, partai milik Giorgia Meloni kemungkinan akan mendapat 25 persen suara, membuat perempuan 45 tahun itu akan berada di posisi perdana menteri.
Surat suara langsung dihitung setelah pemilihan umum Italia berakhir pada Minggu malam, dan diperkirakan baru akan selesai pada Senin pagi waktu setempat. Namun sebuah pemerintahan koalisi baru akan terbentuk dan dilantik beberapa pekan setelahnya.
Lebih dari sepertiga dari total 50,9 juta pemilih terdaftar di Italia telah memboikot pemilu, menurut keterangan sejumlah pejabat komisi elektoral. Data Kementerian Dalam Negeri Italia mencatat tingkat partisipasi warga dalam pemilu kali ini adalah 64 persen, jauh di bawah 73 persen dalam pemungutan suara di tahun 2018.
Baca: Pemilu Italia Dimulai, Akankah Sayap Kanan Berkuasa Lagi Seperti di PD II?
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News