Biden terbang ke Tulsa, Oklahoma, pada Selasa kemarin untuk memperingati 100 tahun Pembantaian Tulsa, yang telah menewaskan sekitar 300 individu Afrika-Amerika.
Pembantaian yang berlangsung selama dua hari itu dipicu aksi kebencian massa kulit putih terhadap warga Afrika-Amerika. Selama bertahun-tahun, AS sangat jarang atau bahkan tidak sama sekali membicarakan Pembantaian Tulsa.
Namun insiden tersebut kembali masuk ke diskursus nasional AS di tengah gelombang aksi protes rasial tahun lalu.
Pada 31 Mei 1921, sekelompok kulit putih Amerika menghancurkan permukiman Greenwood yang didominasi warga kulit hitam di Tulsa. Masyarakat di permukiman tersebut sering disebut sebagai "Black Wall Street," yang merupakan komunitas orang kulit hitam terkaya di seantero AS kala itu.
Kerusuhan yang dipicu massa kulit putih menghancurkan sepenuhnya permukiman Greenwood. Tidak hanya menelan sekitar 300 jiwa, kerusuhan juga membuat banyak warga Afrika-Amerika terluka parah atau kehilangan tempat tinggal.
Kurang dari dua tahun usai Pembantaian Tulsa, kelompok kulit putih menghancurkan kota Rosewood yang didominasi penduduk kulit hitam di Florida.
Banyak catatan resmi pemerintah terkait Pembantaian Tulsa yang hilang, rusak, atau hancur. Alhasil, sebagian besar sekolah di AS tidak menceritakan pembantaian itu dalam pelajaran sejarah.
"Sudah terlalu lama, sejarah yang terjadi di tempat ini disampaikan secara senyap dan diselimuti kegelapan," ujar Biden di Tulsa, dilansir dari laman BBC pada Rabu, 2 Juni 2021.
"Kepada semua warga Amerika, apa yang terjadi di sini bukan kerusuhan. Ini adalah pembantaian, dan merupakan salah satu yang terburuk dalam sejarah kita. Tapi ini bukan satu-satunya," sambung dia.
Baca: Biden Tuding Trump Bungkam Soal Kulit Hitam AS
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News