"(Misinformasi) ini adalah sesuatu yang pasti kami pantau," kata juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre, seperti dikutip dari laman rnz.co.nz, Selasa 29 November 2022.
"Memastikan bahwa ketika ada misinformasi, ketika ada ujaran kebencian, mereka (manajemen Twitter) akan mengambil tindakan, bahwa mereka akan terus mengambil tindakan," sambungnya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Elon Musk, yang telah mengaktifkan kembali sejumlah akun Twitter yang sebelumnya ditangguhkan, mengatakan pada akhir pekan kemarin bahwa pendaftaran pengguna baru media sosialnya mencapai tingkat tertinggi "sepanjang masa."
Baca: Pendaftaran Pengguna Baru Twitter Alami Peningkatan Signifikan
Namun di waktu bersamaan terjadi eksodus dari para pengiklan di Twitter atas kekhawatiran tentang verifikasi dan ujaran kebencian. "Kami mengawasi semua ini," kata Jean-Pierre kepada awak media di Gedung Putih.
"Perusahaan media sosial memiliki tanggung jawab untuk mencegah platform mereka digunakan pengguna mana pun dalam menghasut kekerasan, terutama kekerasan yang diarahkan pada komunitas individu," lanjutnya
Sementara itu, potongan dari video teroris penyerangan masjid Christchurch di Selandia Baru yang diunggah ke Twitter pekan lalu tidak dianggap berbahaya oleh media sosial tersebut.
Seorang juru bicara untuk Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan bahwa fungsi pelaporan otomatis Twitter gagal mengidentifikasi konten berbahaya.
Mengikuti permintaan dari pemerintah Selandia Baru, video tersebut kini telah dihapus. (Mustafidhotul Ummah)
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id