Politikus Swedia-Denmark Rasmus Paludan yang membakar Al-Quran di depan gedung Kedutaan Turki. Foto: AFP
Politikus Swedia-Denmark Rasmus Paludan yang membakar Al-Quran di depan gedung Kedutaan Turki. Foto: AFP

Menurut AS, Pembakaran Al-Quran sebagai Sabotase Hubungan Swedia-Turki

Fajar Nugraha • 24 Januari 2023 15:25
Washington: Bagi Amerika Serikat (AS) pembakaran Al-Quran yang oleh aktivis sayap kanan mungkin merupakan sabotase terhadap persatuan di NATO. Turki yang suaranya amat dibutuhkan oleh Swedia untuk bergabung dengan NATO, menegaskan tidak akan memberikan dukungan.
 
Politisi Swedia-Denmark Rasmus Paludan pada hari Sabtu membakar kitab suci Islam di depan Kedutaan Turki di Stockholm tepat ketika Turki menahan aplikasi Swedia untuk memasuki aliansi pertahanan transatlantik itu.
 
“Pembakaran itu adalah ulah ‘seorang provokator’ yang mungkin sengaja berusaha membuat jarak antara dua mitra dekat kita -- Turki dan Swedia,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, Ned Price, seperti dikutip Al Arabiya, Selasa 24 Januari 2023.
 
Baca: Kecam Swedia atas Pembakaran Al-Qur'an, Erdogan: Jangan Harap Bisa Masuk NATO.

“Dia mungkin sengaja berusaha untuk mempengaruhi diskusi yang sedang berlangsung mengenai aksesi Swedia dan Finlandia ke NATO," kata Price.

Price membela sikap Swedia, dengan mengatakan bahwa negara itu menjunjung ‘kebebasan berserikat’ dan bahwa suatu tindakan "dapat melanggar hukum dan pada saat yang sama mengerikan".
 
Menurut Price, membakar kitab suci adalah tindakan yang sangat tidak sopan. Namun Amerika Serikat tidak mengutuk tindakan Rasmus Paludan tersebut.
 
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyuarakan kemarahan atas insiden tersebut termasuk izin Swedia untuk menggelar unjuk rasa.
 
Erdogan mengatakan bahwa Swedia seharusnya tidak mengharapkan dukungan untuk bergabung dengan NATO, setelah dia sebelumnya menuntut agar Stockholm mengambil tindakan terhadap militan Kurdi yang dianggap Turki sebagai teroris.
 
Swedia dan Finlandia tahun lalu mendaftar untuk masuk ke aliansi Barat, menghapus keengganan sebelumnya untuk mengganggu Rusia setelah tetangga raksasa mereka menginvasi Ukraina, yang gagal masuk NATO.
 
Di bawah aturan aliansi, semua anggota harus menyetujui anggota baru. Hanya Turki dan Hongaria yang belum memberikan lampu hijau, dengan Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban berjanji bahwa parlemen akan melakukannya bulan depan.
 

 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan