Dilansir dari laman BBC pada Sabtu, 5 Desember 2020, pengadilan di Wina mengatakan bahwa Grasser terlibat dalam skandal korupsi dengan nilai mencapai lebih dari EUR9 juta atau setara (Rp154 miliar).
Grasser membantah semua tuduhan dan berencana mengajukan banding. Ia merupakan menteri keuangan termuda di Austria saat dipercaya menduduki jabatan itu di tahun 2000.
Skandal korupsi terkait Grasser melibatkan 14 terdakwa yang menghadapi beragam dakwaan, mulai dari pencucian uang hingga penipuan dan pemalsuan barang bukti.
Baca: Kanselir Austria Serukan Pemilu Sela Terkait Skandal Korupsi
Pengadilan di Wina mengatakan bahwa Grasser dan seorang "penengah" telah menyerahkan informasi mengenai sebuah angka lelang dalam skema privatisasi 60 ribu apartemen. Informasi ini memungkinkan sebuah rival untuk sedikit menaikkan angka demi menang dalam lelang.
Sebuah konsorsium membeli 60 ribu apartemen itu dengan nilai EUR960 juta (setara Rp16,4 triliun), yang harganya naik dua kali lipat pada tiga tahun setelahnya.
Menurut keterangan pengadilan, pemenang lelang membayar satu persen dari harga pembelian kepada mantan sekretaris jenderal Partai Kebebasan Austria Walter Meischberger dan pelobi Peter Hochgger. Kedua pria itu juga telah dijatuhi vonis penjara.
Uang yang dibayarkan pemenang lelang dibagi ke tiga rekening bank di Lichtenstein. Vonis penjara didasarkan pada ratusan pernyataan saksi mata serta penyadapan beberapa sambungan telepon.
"Mereka yang berbisnis secara jujur tidak perlu membuka rekening di Lichtenstein," kata Hakim Marion Hohenecker.
Ia mengatakan kesuksesan pemenang lelang "didapat melalui penyuapan dan hanya bisa berhasil karena adanya penyalahgunaan wewenang secara disengaja" oleh Grasser.
Pengacara Grasser menilai putusan pengadilan Wina sebagai "sebuah kesalahan yang jelas," dan dirinya berencana mengajukan banding ke Mahkamah Agung Austria.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News