Dalam sebuah sesi pertemuan publik terkait krisis di Tigray, jajaran anggota Dewan Keamanan PBB mengingatkan bahwa sekitar 33 ribu anak di Tigray saat ini mengalami malnutrisi akut.
Selain 400 ribu warga Tigray yang dilanda kelaparan, 1,8 juta lainnya juga disebut PBB sudah hampir kehabisan makanan. Hal ini diakibatkan perang antara militer Ethiopia dan pasukan Tigray yang berlangsung sejak delapan bulan terakhir.
PBB mengingatkan potensi meletusnya konflik baru meski Pemerintah Ethiopia telah mendeklarasikan gencatan senjata secara sepihak pada Senin kemarin. Pasukan lokal di bawah Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) menolak gencatan senjata tersebut.
Pemerintah Ethiopia dan TPLF saling menuduh adanya kejahatan pembunuhan massal dan pelanggaran hak asasi manusia.
Jumat kemarin, pelaksana tugas kepala bantuan kemanusiaan PBB mengatakan kepada DK PBB di New York bahwa situasi di Tigray menurun drastis dalam beberapa pekan terakhir.
Baca: UNICEF: 33 Ribu Anak-Anak di Tigray Ethiopia Terancam Mati Kelaparan
"Wilayah tersebut dilanda bencana kelaparan terburuk dalam beberapa dekade terakhir," kata Ramesh Rajasingham, dilansir dari laman BBC pada Sabtu, 3 Juli 2021.
"Hampir 5,2 juta orang membutuhkan bantuan darurat. Sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak," sambungnya.
Di hari yang sama, sejumlah prajurit Ethiopia yang ditangkap TPLF diarak berkelilingi Mekelle, ibu kota Tigray. Dalam konflik ini, sebagian warga Tigray mendukung penuh pemberontakan yang dilakukan TPLF.
Usai menolak gencatan senjata pada Senin kemarin, TPLF bertekad untuk mengusir semua "musuh" dari wilayah Tigray. Namun komandan TPLF belum bersedia berkomentar saat ditanya mengenai wacana memisahkan diri dari Ethiopia.
Mengenai situasi keamanan di Tigray, Pemerintah Ethiopia di bawah Perdana Menteri Abiy Ahmed membantah tuduhan bahwa dirinya memblokade penyaluran bantuan ke wilayah yang dikuasai TPLF.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News