Pennsylvania: Thomas Matthew Crooks, pria berusia 20 tahun, melepaskan tembakan di sebuah acara kampanye mantan Presiden Donald Trump. Aksi tersebut menewaskan satu orang dan membuat dua lainnya terluka, sebelum pelaku ditembak mati oleh penembak jitu Secret Service.
Donald Trump selamat dengan hanya mengalami luka lecet di bagian telinga.
Crooks, yang dikenal sebagai introvert dan ahli komputer, telah menimbulkan kecurigaan di antara aparat penegak hukum sebelum insiden tersebut.
Mengutip dari Malay Mail, Jumat, 19 Juli 2024, Crooks terlihat mondar-mandir di dekat gedung gudang di luar area pertunjukan Butler Farm Show sebelum menaiki atap dan mulai merayap di sana.
Seorang warga meneriakkan “Dia punya senjata,” yang kemudian teridentifikasi sebagai senapan AR-15. Menurut Sheriff Butler County, seorang petugas yang mencoba mendekati Crooks di atap kembali turun ke tanah ketika melihat senjata tersebut.
Crooks kemudian melepaskan beberapa tembakannya sekitar pukul 18.10, menurut seorang fotografer Reuters yang berada di acara kampanye tersebut. Tembakan melukai telinga Trump dan menewaskan satu penonton serta melukai dua lainnya. Secret Service berhasil melumpuhkan Crooks dengan tembakan balik dari sebuah gedung terdekat.
Apa Motif Pelaku?
Meski telah diselidiki oleh FBI, motif di balik tindakan Crooks masih menjadi misteri. Dikutip dari Reuters, Crooks sempat mencari gambar Presiden Joe Biden dan Trump serta informasi tentang jadwal publik Trump dan Konvensi Nasional Partai Demokrat. Ia juga mencari tentang "gangguan depresi berat" di ponselnya beberapa hari sebelum penembakan.
Crooks datang ke toko senjata di kampung halamannya di Bethel Park untuk membeli 50 peluru, menurut buletin bersama yang diterbitkan minggu ini oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri dan Biro Investigasi Federal (FBI). Ia juga membuat tiga bom rakitan, dua di antaranya ditemukan di mobilnya dan satu di rumahnya.
BUletin tersebut juga mencatat Crooks telah menerima “beberapa paket, termasuk beberapa paket yang mungkin mengandung bahan berbahaya.”
Latar Belakang Crooks
Crooks dikenal sebagai siswacerdas dan teliti di Community College of Allegheny County, dan baru saja diterima di program teknik di Robert Morris University. Teman sekelas dan guru menggambarkannya sebagai pemuda yang pendiam namun berbakat.
Insiden ini mengejutkan komunitas lokal dan memunculkan berbagai spekulasi tentang latar belakang politik dan mental Crooks. Masyarakat di Bethel Park, tempat tinggal Crooks, terbagi hampir sama rata dalam hal afiliasi politik pada pemilihan 2020, di mana Trump unggul dengan selisih 65 suara di kota berpenduduk sekitar 33.000 orang itu.
Respons Penegak Hukum
Keamanan di lokasi kejadian menjadi sorotan setelah insiden tersebut. Secret Service bertanggung jawab atas keamanan area dalam perimeter acara, sementara gedung yang digunakan oleh Crooks berada di luarnya.
Beberapa mantan pejabat dan ahli keamanan mengkritik kurangnya pengawasan pada bangunan dengan garis pandang langsung dan berada dalam jarak tembak. Seharusnya gedung seperti itu disisir dan diawasi secara konstan.
Meski ada kritik, pejabat setempat menekankan bahwa tanggung jawab keamanan utama berada pada Secret Service, bukan pada aparat penegak hukum setempat yang hanya bertugas mengatur lalu lintas.
Dengan semua detail yang terungkap, alasan di balik tindakan Crooks tetap belum jelas, menambah misteri di balik salah satu insiden kekerasan politik paling mengejutkan dalam sejarah AS baru-baru ini. (Shofiy Nabilah)
Baca juga: Telinganya Kena Peluru, Trump: Seperti Digigit Nyamuk Terbesar di Dunia
Cek Berita dan Artikel yang lain di