Penguncian (lockdown), pemakaian masker, dan menjaga jarak sosial menjadi norma di Eropa selama pandemi Covid-19 sepanjang tahun lalu. Namun, protokol kesehatan seperti itu mulai dilonggarkan negara-negara di Benua Biru seiring meluasnya cakupan vaksinasi.
"Sejak pertengahan Desember, virus flu beredar di Eropa dengan tingkat penyebaran lebih tinggi dari perkiraan," kata Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC), dilansir dari Channel News Asia, Senin, 17 Januari 2022.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Angka yang ada saat ini masih jauh di bawah tingkat pra-pandemi. Namun, ECDC mengatakan, angka yang ada mengalami peningkatan besar dibanding tahun lalu.
Kembalinya virus influenza ini bisa menjadi awal dari musim flu berkepanjangan di Eropa hingga musim panas.
Baca juga: Setengah Populasi Eropa Diramal Terinfeksi Omicron, Alarm Ekonomi Dunia Siap Berbunyi
"Jika kita mulai menghentikan semua pembatasan, kekhawatiran besar yang saya miliki untuk influenza adalah peralihan dari pola musiman, karena kita sudah lama sekali tidak mengalami sirkulasi (flu) di Eropa," kata ahli utama influenza ECDC, Pas Penttinen.
Ia mengatakan, langkah sejumlah negara Eropa menghentikan berbagai pembatasan dan protokol kesehatan dapat memperpanjang sirkulasi flu, jauh melampaui kondisi normal yang biasanya berakhir di bulan Mei.
"Sebuah twindemic dapat memberikan tekanan berlebihan pada sistem kesehatan (Eropa) yang sudah kewalahan," lapor ECDC.
Di Prancis, tiga wilayh termasuk Paris, saat ini sedang menghadapi epidemi flu. Sejauh ini pada 2022, Negeri Menara Eiffel mencatat total 72 kasus flu serius dengan enam kematian.