Jutaan orang di Tiongkok dikunci lagi, tepat dua tahun setelah Beijing melaporkan kematian pertama dari apa yang kemudian dikonfirmasi sebagai virus korona. Jenis Omicron yang sangat mudah menular telah menyebar ke seluruh negara dan memaksa pemerintah untuk menerapkan langkah-langkah baru serta beberapa meluncurkan suntikan penguat vaksin.
Tetapi WHO memperingatkan mengulangi dosis booster dari suntikan covid asli bukan strategi yang layak untuk melawan varian yang muncul. Badan PBB itu menyerukan vaksin baru yang lebih melindungi dari penularan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Strategi vaksinasi berdasarkan dosis booster berulang dari komposisi vaksin asli tidak mungkin tepat atau berkelanjutan," kata WHO, dilansir dari The Business Times, Kamis, 13 Januari 2022.
Dengan hampir delapan juta infeksi yang tercatat selama tujuh hari terakhir, Eropa saat ini melaporkan jumlah kematian dan kasus terbesar di seluruh dunia, menurut penghitungan AFP. Eropa berada di pusat wabah baru yang mengkhawatirkan dan WHO mengatakan Omicron dapat menginfeksi setengah dari semua orang di kawasan itu dengan tingkat saat ini.
Sedangkan Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan melambat pada 2022 karena Omicron berisiko memperburuk kekurangan tenaga kerja dan rantai pasokan. Dalam laporan Prospek Ekonomi Global terbaru, Bank Dunia memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini menjadi 4,1 persen setelah rebound 5,5 persen pada tahun lalu.
Presiden Bank Dunia David Malpass mengatakan pandemi covid-19 dapat meninggalkan bekas luka permanen pada pembangunan karena indikator kemiskinan, nutrisi, dan kesehatan bergerak ke arah yang salah.
Sedangkan Forum Ekonomi Dunia (WEF) memperingatkan kesenjangan yang melebar dalam akses yang tidak setara ke vaksin dapat menciptakan warisan kebencian yang terus menerus, sehingga lebih sulit untuk mencapai kesepakatan tentang masalah global seperti perubahan iklim.
"Prevalensi covid-19 yang lebih besar di negara-negara dengan vaksinasi rendah daripada di negara-negara dengan vaksinasi tinggi akan membebani ketersediaan dan produktivitas pekerja, mengganggu rantai pasokan, dan melemahkan konsumsi," pungkas WEF.