Dalam pembukaan konferensi Perjanjian Nonproliferasi Nuklir (NPT) di New York, Amerika Serikat, Guterres mengingatkan bahwa dunia menghadapi "sebuah bahaya nuklir yang belum pernah dilihat lagi sejak Perang Dingin."
Menyinggung mengenai serangan Rusia di Ukraina serta ketegangan di Semenajung Korea dan Timur Tengah, Guterres mengaku khawatir bahwa berbagai krisis "yang melibatkan elemen nuklir" dapat meningkat ke level berbahaya.
"Hari ini, bencana nuklir bisa saja terjadi dengan hanya dipicu satu kesalahpahaman, satu miskalkulasi," ujar Guterres dalam konferensi NPT ke-10, dikutip dari laman TRT World, Selasa, 2 Agustus 2022.
"Kita relatif beruntung sejauh ini. Tapi keberuntungan bukan sebuah strategi. Bukan juga sebuah perisai dari ketegangan geopolitik yang berpotensi berujung pada konflik nuklir," sambungnya.
Ia menyerukan negara-negara di dunia untuk "menempatkan rasa kemanusiaan di sebuah jalan baru menuju sebuah dunia yang terbebas dari senjata nuklir."
Baca: Situasi Geopolitik Persulit Kemajuan di Bidang Nonproliferasi Senjata Nuklir
Januari lalu, lima anggota Dewan Keamanan PBB -- AS, Tiongkok, Rusia, Inggris dan Prancis -- bertekad mencegah diseminasi lebih lanjut dari senjata nuklir.
Sebelumnya, Rusia pernah mengumumkan peningkatan level kewaspadaan pasukan nuklirnya di tengah invasi ke Ukraina. AS, Inggris dan Prancis pun langsung mengecam Rusia, memintanya agar menghormati komitmen internasional di bawah NPT.
"Terkait perang ilegal Rusia terhadap Ukraina, kami menyerukan Rusia untuk menghentikan retorika nuklir dan perilaku berbahayanya," ucap ketiga negara tersebut.
Presiden Rusia Vladimir Putin berkukuh bahwa Negeri Beruang Merah tetap berkomitmen kepada semangat NPT. Menurutnya, tidak akan ada satu pun pemenang seandainya perang nuklir meletus.
Sebagian besar pidato para tokoh di konferensi NPT ke-10 ditujukan kepada Rusia. Namun Menlu AS Antony Blinken juga turut melayangkan kecaman terkait nuklir kepada Korea Utara dan Iran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News