Namun di tengah situasi geopolitik saat ini, termask terkait perang Rusia dan Ukraina, komitmen sejumlah negara terhadap NPT tidak terlalu terlihat.
"NPT itu intinya adalah forum multilateral, dan saat ini ada ketidakpercayaan yang cukup tinggi antar negara-negara sehingga sulit ada kemajuan," ucap Wakil Tetap Republik Indonesia untuk PBB, Duta Besar Arrmanatha Nasir, dalam keterangan virtual kepada awak media pada Minggu, 31 Juli 2022.
"Terlihat sekali ada blok yang mendukung Ukraina, dan ada yang lebih dekat ke Rusia. Konteks ini sangat terlihat dalam berbagai pembahasan di PBB," sambungnya.
Dubes Arrmanatha, atau akrab disapa Tata, mengatakan bahwa Indonesia berusaha menghindari hal seperti itu dalam pertemuan ke-10 NPT di PBB, yang akan digelar mulai Senin ini hingga 26 Agustus mendatang.
Nantinya di pertemuan NPT, Indonesia akan menyerahkan working paper atau proposal berjudul "Nuclear Naval Propulsion."
Inti dari upaya Indonesia dalam pertemuan tersebut adalah mengupayakan kemajuan di tiga pilar, yaitu pelucutan senjata nuklir, nonproliferasi senjata nuklir, dan nuklir sebagai energi damai.
"Di pilar pelucutan, kita menginginkan adanya komitmen konkret dari negara-negara pemilik senjata nuklir mengenai proses apa yang akan mereka lakukan untuk melucuti senjata. Sampai saat ini belum ada proses atau roadmap konkret mengenai pelucutan," tutur Dubes Tata.
"Dalam konteks nonproliferasi, kita ingin langkah-langkah yang lebih tegas," lanjutnya.
Baca: Indonesia Usulkan Pengaturan Program Kapal Selam Nuklir di PBB
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News