Joe Biden (kiri) dan Recep Tayyip Erdogan bertemu di Istanbul, Turki pada 23 Januari 2016. (SEDAT SUNA / POOL / AFP)
Joe Biden (kiri) dan Recep Tayyip Erdogan bertemu di Istanbul, Turki pada 23 Januari 2016. (SEDAT SUNA / POOL / AFP)

Erdogan Menanti Telepon dari Biden untuk Pulihkan Hubungan AS-Turki

Willy Haryono • 14 Maret 2021 18:03
Ankara: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah menurunkan intonasi anti-Barat yang selama ini digaungkan demi memulihkan hubungannya dengan beberapa mitra NATO, termasuk Amerika Serikat. Namun sejauh ini, Presiden AS Joe Biden masih cenderung diam terhadap Erdogan dan isu-isu seputar Turki.
 
Dilansir dari laman Al Arabiya pada Minggu, 14 Maret 2021, Biden belum juga menghubungi Erdogan sejak memulai masa jabatannya sebagai presiden ke-46 AS. Bertolak belakang dari pemerintahan sebelumnya, Donald Trump langsung menghubungi Erdogan beberapa hari usai menang dalam pemilu AS 2016.
 
Hubungan antara AS dan Turki selama pemerintahan Trump memburuk dalam beberapa tahun terakhir atas berbagai isu, termasuk soal perang di Suriah, isu Rusia, dan juga aktivitas maritim Ankara di Laut Mediterania timur.

Terlepas dari ketegangan ini, banyak pejabat Turki mengharapkan AS kembali dipimpin Trump untuk empat tahun ke depan. Ini dikarenakan saat AS dipimpin Trump, Washington tidak terlalu 'rewel' atas catatan hak asasi manusia di Turki.
 
Sejumlah pejabat Turki khawatir usai pemilu AS 2020 berakhir dengan kemenangan Biden. Dalam wawancara dengan New York Times, Biden pernah melontarkan wacana untuk mendukung oposisi Turki dalam menentang Erdogan.
 
Mengenai belum adanya panggilan telepon dari Biden, sejumlah pejabat di Ankara mengatakan bahwa percakapan antar kedua negara berlangsung di level lain, semisal antar menteri.
 
Sementara juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan pada pekan kemarin bahwa Biden memang beloum berbicara dengan banyak pemimpin dunia. Namun Psaki meyakini Biden pada akhirnya akan menelepon Erdogan "suatu saat nanti."
 
Biden, yang pernah bertekad memulihkan aliansi internasional dan memperkuat NATO, memiliki kepentingan untuk memperbaiki hubungan dengan Turki. AS diyakini akan mencoba menarik Turki dari pengaruh Rusia.
 
Namun sejumlah analis meyakini hal ini sulit dilakukan karena masih adanya berbagai isu krusial, termasuk keputusan Turki membeli sistem anti-pesawat S-400 dari Rusia. AS mengatakan sistem semacam itu merupakan ancaman bagi NATO dan program pesawat F-35 buatan Negeri Paman Sam.
 
Baca:  Sekjen NATO Sebut Turki Sekutu yang 'Sangat Penting'

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan