Usai membantai 18 orang, Shining Path menyebar pamflet berisi seruan kepada warga Peru untuk tidak mengikuti pemilihan umum presiden yang dijadwalkan berlangsung pada 6 Juni mendatang.
Militer Peru menyebut perbuatan brutal Shining Path sebagai "aksi genosida." Namun militer meminta warga Peru untuk tetap tenang dan menjamin pemilu bulan depan akan berlangsung aman.
Pembantaian terjadi di wilayah bernama Valle de los Rios Apurimac, Ene y Mantaro (VRAEM), tempat di mana 75 persen dari total kokain Peru diproduksi, menurut keterangan pemerintah.
"Kemungkinan korban tewas akan bertambah," kata komandan polisi Cesar Cervantes kepada radio RPP, seperti dilansir laman France 24 pada Selasa, 25 Mei 2021.
VRAEM, wilayah pegunungan Peru dengan luas setara Puerto Rico, merupakan pusat operasi pemerintah dalam memberantas sisa-sisa militan Shining Path. Menurut keterangan polisi, Shining Path kerap menjadi semacam "bodyguard" bagi para penyelundup narkotika.
Shining Path mulai memudar di awal 1990-an usai pendirinya, Abimael Guzman, dijebloskan ke penjara. Sejak saat itu, Shining Path tersebut menjadi kelompok kriminal yang sering terlibat penyelundupan narkotika.
Peru dijadwalkan menggelar pemilu dalam kurun waktu kurang dari dua pekan. Pemilu akan mempertemukan tokoh sosialis Pedro Castillo melawan Keiko Fujimori yang berhaluan konservatif.
Baca: Peru Tunjuk Presiden Baru, Ketiga dalam Seminggu
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengecam keras pembantaian di hutan Peru dan mengekspresikan solidaritas kepada keluarga dan kerabat dari para korban.
"Dalam kerangka proses elektoral, kami meminta semua aktor melakukan tindakan bertanggung jawab dan menghindari ujaran kebencian yang dapat meningkatkan ketegangan," tutur kantor PBB di Lima.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News