Dubes RI untuk AS Muhammad Lutfi (kanan) saat menyerahkan surat kepercayaan kepada Donald Trump di Gedung Putih, Washington, AS
Dubes RI untuk AS Muhammad Lutfi (kanan) saat menyerahkan surat kepercayaan kepada Donald Trump di Gedung Putih, Washington, AS

Dubes Lutfi Soroti Jumlah Mahasiswa Indonesia di AS Berkurang

Fajar Nugraha • 23 September 2020 13:23
Washington: Menempuh pendidikan di Amerika Serikat (AS) tentu mempunyai kriteria sendiri. Namun Duta Besar Republik Indonesia Muhammad Lutfi mengatakan, saat ini mahasiswa Indonesia yang bersekokah di AS dilihatnya cenderung turun.
 
Baca: Perdagangan yang Seimbang Jadi Agenda Utama Dubes Lutfi di Amerika.
 
Tetapi ada satu hal yang disoroti oleh pria yang sempat menjadi Duta Besar RI untuk Jepang itu. Angka mahasiswa Indonesia yang sekolah di Amerika menurutnya menunjukkan penurunan dibandingkan ketika dirinya sekolah di era 90an.

“Saya melihat jumlah mahasiswa Indonesia di AS, jumlahnya setengahnya dibandingkan ketika saya masih menjadi Ketua Permias di era 90an. Jumlah mahasiswa Indonesia di AS saat ini mungkin hanya mencapai sepertiga dibandingkan pada era 90an,” jelas Dubes Lutfi dalam webinar bersama USINDO, Selasa 22 September 2020 waktu setempat atau Rabu 23 September 2020 waktu Indonesia.
 
Hal ini seperti memecut dirinya untuk mendorong lebih banyak anak Indonesia untuk sekolah ke Negeri Paman Sam. Menurutnya, penyerapan teknologi dibutuhkan oleh anak-anak Indonesia dan tentunya membutuhkan pendidikan yang lebih baik.
 
“Agar indonesia bisa menyerap teknologi, tentu dibutuhkan rakyat yang terdidik dengan baik. Perkuliahan bukan hanya mengenai gelar sarjana saja, namun tantangannya adalah masalah mendidik anak,” ujar Dubes Lutfi.
 
“Bayangkan dari anak-anak yang duduk di sekolah dasar yang mencapai 25 juta dari jumlah itu yang bisa lulus hanya sekitar 15 juta. Jadi ini jumlahnya sekitar 3/4 dari angka keseluruhan yang seharusnya bisa lulus,” imbuhnya.
 
Apa yang terjadi? Membangun sekolah bukan menjadi masalah, tetapi yang menjadi isu utama adalah memiliki guru dengan kualifikasi bagus. Percaya atau tidak, dengan kondisi covid-19 saat ini sekolah di rumah menjadi benchmark atau revolusi bentuk pembelajaran di Indonesia.  Terutama melalui platform digital.
 
Digital platform dan health platform juga akan menjadi agenda utama saya selama bertugas di AS tiga tahun ke depan. Kami berharap akan mencapai kolaborasi dengan Amerika Serikat mengenai agenda-agenda tersebut,” ucapnya.
 
Mengenai sistem kesehatan, Dubes Lutfi menambahkan bahwa Indonesia saat ini menghasilkan sekitar 4.000 dokter tiap tahun. Tapi di saat bersamaan bayi yang lahir tiap tahunnya mencapai 4,8 juta. Jadi rasio antara dokter dan keberadaan bayi  mencapai 1:400. Ini membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki komparasi dokter dengan pasien sangat jauh.
 
Seperti halnya di Palu, yang diterjang tsunami beberapa tahun lalu. Jumlah dokter dengan warga yang terkena imbas tsunami mencapai 13:100.000.
 
“Jika angka ini tidak diubah atau tidak ditingkatkan, maka kami tidak akan memiliki generasi yang tumbuh dengan sistem kesehatan yang bagus. Jadi platform kesehatan digital sangat penting untuk Indonesia. Saat ini saya yakin, AS berada diteratas dalam hal teknologi,” tegasnya.
 
Inilah bentuk hubungan yang diharapkan antara Indonesia dan AS. Bentuk persahabatan baru tetapi sudah lama akan saling merangkul di masa depan.
 
“Indonesia butuh AS, dan AS bisa mengandalkan negara seperti Indonesia menjaga perdamaian dan kemakmuran di kawasan. Karena perdamaian dan kemakmuran bisa memastikan kita semua berkembang dan menjaga norma dan nilai yaitu demokrasi, hak untuk memilih dan hak untuk berpendapat,” pungkasnya.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan