Meski tiga pelaku dalam dua serangan terpisah itu sudah tewas, jaksa menolak klaim bahwa persidangan ini hanya berfokus pada 'kaki tangan kecil' yang dicurigai membantu keberlangsungan aksi teror pada 2015.
"(Pengadilan) ini mengenai semua individu yang terlibat dalam dukungan logistik, persiapan aksi, pembiayaan, bahan operasional, senjata, tempat tinggal, dan lainnya" kata jaksa nasional anti-teror Prancis, Jean-Francois Ricard, dilansir dari AFP, Rabu, 2 September 2020.
"Semua itu merupakan elemen penting terkait berjalannya operasi teroris," imbuhnya. Ia mengatakan kerabat dari 17 korban dan beberapa orang lainnya akan bersaksi di persidangan.
Satu hari sebelum persidangan, Charlie Hebdo menerbitkan ulang kartun Nabi Muhammad yang berujung pada serangan di kantornya dan memicu protes besar di banyak negara Arab.
"Kami tidak akan pernah berbaring. Kami tidak akan pernah menyerah," tulis pemimpin Charlie Hebdo, Laurent 'Riss' Sourisseau, dalam editorial yang diterbitkan hari ini.
Publikasi ulang kartun Nabi Muhammad dikecam keras Kementerian Luar Negeri Pakistan.
"Aksi yang menyinggung sentimen miliaran Muslim itu tidak dapat dibenarkan sebagai bentuk kebebasan pers atau berpendapat. Aksi semacam itu hanya merusak keharmonisan masyarakat lintas agama," sambungnya.
Bertolak belakang dengan Pakistan, Presiden Prancis Emmanuel Macron menolak mengecam kartun Nabi Muhammad yang dirilis ulang Charlie Hebdo. Ia menegaskan dirinya tidak memiliki kapasitas untuk menghakimi pilihan editorial media apapun di Prancis.
Namun Macron menegaskan, seluruh warga Prancis wajib memperlihatkan sikap saling menghormati dan menghargai, serta menghindari "dialog kebencian."
"Sejak awal presiden di Republik ini tidak sepatutnya menghakimi pilihan editorial jurnalis atau kantor berita. Ini dikarenakan kami memiliki kebebasan pers," sebut Macron dalam kunjungan keduanya ke Lebanon pascaledakan di Beirut.
Pada 7 Januari 2015, 12 orang -- termasuk beberapa kartunis paling terkenal di Prancis -- ditembak mati oleh dua bersaudara Said dan Cherif Kouachi yang menyerbu kantor Charlie Hebdo.
Sehari kemudian, pria Amedy Coulibaly membunuh polisi berusia 27 tahun, Clarissa Jean-Philippe, dalam sebuah pemeriksaan di Montrouge.
Pada 9 Januari 2015, Coulibaly membunuh empat pria yang semuanya adalah orang Yahudi dalam penyanderaan di supermarket Hyper Cacher di Paris.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News