Maduro ingin mengisi Majelis Nasional Venezuela dengan tokoh-tokoh dari Partai Sosialis Bersatu miliknya. Majelis Nasional Venezuela adalah satu-satunya institusi pemerintahan yang belum dikuasai oleh partai Maduro.
Sejumlah kritik menilai jika majelis tersebut juga dikuasai Maduro, maka demokrasi di Venezuela bisa dikatakan sudah berakhir.
Dilansir dari laman France 24, koalisi oposisi Venezuela di bawah kepemimpinan Juan Guaido yang didukung Amerika Serikat, memboikot pemilu parlemen kali ini.
Baca: Maduro Klaim Tangkap Mata-Mata AS di Kilang Minyak Venezuela
Gerakan oposisi yang dipimpin Guaido berencana menggelar sebuah referendum usai pemilu parlemen. Referendum akan berisi pertanyaan kepada warga Venezuela, megenai apakah mereka ingin mengakhiri pemerintahan Maduro atau menggelar pemilihan presiden baru.
Belum diketahui apakah pemilu parlemen atau referendum akan diikuti banyak warga, karena Maduro dan Guaido sama-sama bukan tokoh populer di Venezuela saat ini.
Banyak warga Venezuela skeptis terhadap jajaran pemimpin, karena krisis ekonomi dan politik di negara tersebut terus memburuk terlepas dari banyaknya cadangan minyak di tanah air mereka.
Lebih dari 5 juta orang telah melarikan diri dari Venezuela ke negara-negara lain dalam beberapa tahun terakhir -- gerakan keimigrasian terbesar setelah Suriah.
Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan 25 persen penurunan Produk Domestik Bruto (PDB/GDP) Venezuela tahun ini, dengan hiperinflasi yang telah mengikis habis nilai mata uang di negara tersebut, bolivar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News