Rudal diluncurkan dari sistem HIMARS milik AS dalam latihan militer Talisman Sabre di Australia, 22 Juli 2023. (ANDREW LEESON / AFP)
Rudal diluncurkan dari sistem HIMARS milik AS dalam latihan militer Talisman Sabre di Australia, 22 Juli 2023. (ANDREW LEESON / AFP)

AS Dorong Interoperabilitas Sekutu untuk Antisipasi Agresi Tiongkok

Willy Haryono • 08 Agustus 2023 10:04
Washington: Talisman Sabre, latihan militer gabungan antara Amerika Serikat (AS) dan Australia beserta sejumlah negara lainnya, telah selesai dilakukan usai berlangsung selama dua pekan dari akhir Juli hingga awal Agustus. Latihan ini merupakan bagian dari upaya AS beserta sekutunya dalam menghadapi aktivitas militer Tiongkok yang semakin meningkat.
 
Washington memandang bahwa cara efektif dalam menghadapi militer Tiongkok, termasuk Pasukan Pembebasan Rakyat (PLA), adalah dengan menggabungkan kemampuan antar sekutu.
 
"Kami telah berbicara banyak mengenai interoperabilitas antar pasukan. Saya melihatnya sebagai hal dasar. yaitu mampu berkomunikasi satu sama lain serta memiliki sistem serupa, di mana Anda, semisal, dapat saling mengisi bahan bakar kapal," ucap Laksamana Muda Chris Stone dari Angkatan Laut AS, seperti dikutip dari laman ANI, belum lama ini.

Ia menjelaskan bahwa interoperabilitas dapat dikatakan sebagai kerja sama yang lebih terkoordinasi. Sebagai contoh, satu negara sekutu dapat melakukan misi tertentu untuk membantu mitranya.
 
Tidak hanya itu, AS juga ingin agar para sekutu AS memiliki satu pemahaman serupa mengenai taktik, teknik, prosedur, doktrin, pemahaman, pelatihan, dan juga kecakapan seputar militer.
 
"Satu negara sekutu dapat mengadopsi sebagian pendekatan mitra dan sebaliknya, sehingga mereka dapat saling membantu menjalankan misi," tutur Stone. Menurutnya, hal semacam ini penting untuk menghadapi aktivitas militer Tiongkok yang semakin agresif di banyak wilayah, termasuk di kawasan Indo-Pasifik dan Selat Taiwan.
 
Sebelumnya, Brigadir Jenderal Kevin Jarrard dari Korps Marinir AS (USMC) juga telah menekankan pentingnya mitra dalam menghadapi Tiongkok yang dinilainya memiliki ambisi kuat di bidang militer.
 
Jarrard mengatakan bahwa meski AS relatif superior dalam bidang militer dibanding banyak negara, tetapi Negeri Paman Sam tidak bisa seorang diri dalam menyelesaikan krisis atau konflik tertentu.
 
"Apa pun masalah yang kami hadapi di INDOPACOM, kami tidak dapat menyelesaikannya sendiri, dan harus diselesaikan dengan bantuan dari mitra dan sekutu kami di INDOPACOM," ucapnya, merujuk pada Komando Indo-Pasifik.

Ancaman Tiongkok

Juli lalu, think-tank RAND Corporation mengeluarkan laporan berjudul "Inflection Point: Bagaimana Membalikkan Erosi Kekuatan dan Pengaruh Militer AS dan Sekutu." Laporan tersebut mengungkapkan kondisi AS saat ini dalam konteks menghalau agresivitas Tiongkok.
 
Menurut RAND, strategi dan postur pertahanan AS telah melemah. Superioritas militernya bahkan disebut sudah hilang, dan AS disebut akan kesulitan atau bahkan tidak bisa menghadapi Tiongkok jika hanya seorang diri.
 
Selain menggelar latihan militer gabungan seperti Saber Talisman, AS juga telah membentuk Marine Littoral Regiments (MLR), dengan yang pertama sudah berdiri di Hawaii dan yang lainnya sedang dibentuk. Resimen yang merupakan bagian dari Angkatan Laut AS ini dilengkapi dengan rudal pertahanan udara dan anti-kapal. Kehadiran MLR merupakan improvisasi USMC dalam memproyeksikan kekuatan dari darat ke laut, di mana sebelumnya hanya berkutat di ranah maritim.
 
Penyebaran kekuatan AS melalui unit seperti MLR dinilai penting, karena PLA memiliki kemampuan untuk memproyeksikan kekuatan jarak jauh, terutama melalui rudal. Konsentrasi pasukan AS di Okinawa dan juga Guam, semuanya berisiko terkena serangan rudal Tiongkok.
 
"Hari-hari memusatkan formasi besar, saya rasa sudah berlalu. Jadi, kami beralih ke pendekatan penyebaran kekuatan. Kami mendorong kemampuan luar biasa hingga ke unit terkecil, yang memungkinkan kami untuk menyebar di medan perang," ungkap Jarrard.
 
Ia mengatakan bahwa tiltrotor MV-22B Osprey sebagai pesawat krusial dalam pertempuran semacam itu. "Kemampuan pesawat itu revolusioner. Pesawat ini memungkinkan Anda untuk bergerak dengan kecepatan, jarak yang sangat jauh, mengisi bahan bakar di udara, dan kemudian memasok unit-unit yang tersebar itu tadi," sebut Jarrard.
 
Baca juga:  Uni Eropa Peringatkan Agresi Tiongkok di Indo-Pasifik dan Taiwan
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan