Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. (ELOISA LOPEZ / POOL / AFP)
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. (ELOISA LOPEZ / POOL / AFP)

Uni Eropa Peringatkan Agresi Tiongkok di Indo-Pasifik dan Taiwan

Willy Haryono • 07 Agustus 2023 08:09
Manila: Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengutip invasi Rusia ke Ukraina untuk memperingatkan bahwa tindakan Tiongkok semakin agresif di perairan Indo-Pasifik dan juga terhadap Taiwan. Ia menegaskan bahwa Uni Eropa tidak bisa mentolerir agresi Tiongkok dalam dua isu tersebut.
 
Von der Leyen berbicara dalam konferensi pers bersama Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jnr setelah mengadakan pembicaraan di Manila, yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan perdagangan, ekonomi dan keamanan antar kedua kubu.
 
Para pemimpin mengumumkan bahwa Uni Eropa, blok 27 negara, akan melanjutkan negosiasi dengan Filipina mengenai perjanjian perdagangan bebas yang terhenti pada 2017 di bawah pendahulu Marcos, Rodrigo Duterte.

Selain itu, von der Leyen juga menekankan perlunya kerja sama keamanan, seraya mengatakan bahwa invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina menunjukkan bagaimana para pemimpin otoriter "bersedia bertindak berdasarkan ancaman mereka."
 
"Perang Rusia melawan Ukraina mengguncang tatanan internasional. Itu melanggar piagam PBB dan prinsip dasar hukum internasional, seperti integritas dan kedaulatan teritorial," kata von der Leyen, seperti dikutip dari laman South China Morning Post, belum lama ini.
 
"Inilah mengapa Eropa mendukung perjuangan berani Ukraina melawan agresor, karena penggunaan kekuatan secara ilegal tidak dapat ditoleransi, tidak di Ukraina, tidak di Indo-Pasifik," sambungnya.
 
"Keamanan di Eropa dan keamanan di Indo-Pasifik tidak dapat dipisahkan. Tantangan terhadap tatanan berbasis aturan di dunia kita yang saling terhubung memengaruhi kita semua," ungkap von der Leyen.
 
Ia mengatakan bahwa Uni Eropa khawatir dengan meningkatnya ketegangan di Indo-Pasifik. Von der Leyen menambahkan bahwa Uni Eropa mendukung Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, "karena Indo-Pasifik yang bebas dari ancaman paksaan adalah kunci bagi semua stabilitas untuk perdamaian kita, dan untuk kemakmuran rakyat kita."
 
Tanpa menyebut nama Tiongkok, von der Leyen menegaskan kembali pengakuan Uni Eropa atas keputusan pengadilan yang didukung PBB, yang membatalkan klaim teritorial Negeri Tirai Bambu di hampir seluruh Laut China Selatan. Tiongkok menganggap keputusan arbitrase tersebut sebagai sesuatu yang palsu, dan terus menentangnya hingga saat ini.

Laut China Selatan

Kunjungan Von der Leyen ke Filipina merupakan tanda membaiknya hubungan setelah periode badai antara Uni Eropa dan Duterte seputar isu hak asasi manusia. Ini adalah kunjungan tingkat tinggi pertama dalam hampir enam dekade hubungan Eropa-Filipina.
 
Dalam sebuah forum bisnis di Manila, von der Leyen berbicara lebih blak-blakan dalam menentang Tiongkok, di mana dirinya memperingatkan bahwa tindakan Beijing yang semakin agresif di Asia "juga dapat berdampak global."
 
Ia mengkritik sikap Tiongkok terhadap perang di Ukraina, tindakannya yang semakin agresif di perairan Asia, dan aksi provokatifnya terhadap Taiwan.
 
"Pameran kekuatan militer Tiongkok di Laut China Selatan dan Timur serta di Selat Taiwan secara langsung memengaruhi Filipina dan mitra lainnya di kawasan itu,” kata pemimpin UE itu.
 
"Tapi itu juga bisa berdampak global karena melemahnya stabilitas kawasan di Asia memengaruhi keamanan global, arus bebas perdagangan, dan kepentingan kita sendiri di kawasan," sambungnya.
 
Beijing telah mengubah tujuh terumbu karang yang disengketakan menjadi pangkalan militer yang dilindungi rudal dalam satu dekade terakhir. Langkah ini semakin mengkhawatirkan dunia Barat dan beberapa tetangga di kawasan, termasuk Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Taiwan.
 
Armada kapal penjaga pantai Tiongkok dan sekawanan kapal milisi telah memperingatkan kapal-kapal dari negara-negara tetangga dan juga militer AS beserta sekutunya untuk tidak masuk ke wilayah yang diklaim di Laut China Selatan -- salah satu jalur laut tersibuk di dunia dan diyakini kaya akan endapan minyak dan gas bawah laut.
 
Von der Leyen mendesak negara-negara Asia untuk tidak pernah bergantung pada satu pemasok energi dan bahan mentah, seraya mengutip bagaimana "Rusia mencoba memeras kami" dengan memotong pasokan gas alamnya ke negara-negara Eropa, setelah Uni Eropa memberlakukan sanksi terhadap Moskow atas invasi ke Ukraina. .
 
"Kami tidak dapat memilih tetangga kami, tetapi kami dapat memilih dengan siapa kami berbisnis dan dengan syarat apa," tegas von der Leyen. "Kami telah membuat kesalahan dengan Rusia," ungkap dia.
 
Filipina, kata von der Leyen, mengekspor 90 persen bijih nikelnya ke Tiongkok "alih-alih mengolahnya sendiri di dalam negeri untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan nilai tambah."
 
"Tapi hal ini bisa berubah," tutur von der Leyen.
 
Selama ini, Tiongkok telah berulang kali memperingatkan AS dan para sekutunya untuk tidak ikut campur dalam apa yang dikatakannya murni isu Asia, bukan Barat.
 
Baca juga:  Kapal Tiongkok Pakai Meriam Air untuk Hentikan Kegiatan Militer Filipina di Laut China Selatan

Era baru Uni Eropa-Filipina

Filipina berada di bawah kecaman keras Uni Eropa selama enam tahun masa jabatan Duterte, terutama akibat kebijakan kontroversial anti-narkoba yang telah menewaskan lebih dari 6.000 orang. Marcos menggantikan Duterte pada Juni 2022.
 
Pembunuhan di luar jalur hukum itu memicu penyelidikan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) sebagai kemungkinan kejahatan terhadap kemanusiaan. Duterte menarik Filipina dari ICC pada 2018, tetapi jaksanya telah melanjutkan penyelidikan kebijakan kontroversial tersebut.
 
Saat masih menjabat, Duterte sering mengecam kritik dari Uni Eropa terkait kebijakan anti-narkobanya dengan kata-kata kotor.
 
Marcos Jr dan von der Leyen mengatakan bahwa hubungan antara UE dan Filipina kini sudah memasuki era baru.
 
"Kami adalah mitra yang berpikiran sama melalui nilai-nilai bersama tentang demokrasi, kemakmuran berkelanjutan dan inklusif, supremasi hukum, perdamaian dan stabilitas, dan hak asasi manusia," sebut Marcos Jr.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan