"Penelantaran Afghanistan dan masyarakatnya merupakan sesuatu yang tragis, berbahaya, tidak diperlukan, dan tidak menguntungkan kepentingan mereka maupun kita," tulis Blair di situs institut miliknya, dilansir dari laman Al Jazeera, Minggu, 22 Agustus 2021.
"(Penarikan pasukan) dilakukan karena kepatuhan terhadap slogan politik mengenai mengakhiri 'perang abadi' -- seolah-olah pendekatan kita pada 2021 dapat dibandingkan dengan komitmen 20 atau 10 tahun lalu," sambungnya, merujuk pada awal mula invasi AS ke Afghanistan di tahun 2001. Di bawah kepemimpinan Blair 20 tahun lalu, Inggris bergabung dalam invasi tersebut.
Pernyataan terbaru Blair dipandang sebagai serangan langsung terhadap Biden, yang sejak tahun lalu terus menyuarakan slogan "perang abadi" dalam upaya mengakhiri misi militer AS di Afghanistan.
Menurut Blair, tokoh kontroversial di dalam dan luar Inggris, menilai penarikan pasukan AS sebagai sesuatu yang dirayakan "setiap grup ekstremis yang ada di dunia."
"Rusia, Tiongkok, dan Iran akan melihat dan mengambil keuntungan dari semua ini," sebut Blair. Ketiga negara tersebut telah mengindikasikan dukungan terhadap kelompok Taliban yang kini menguasai ibu kota Afghanistan, Kabul.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab, yang dikritik karena sedang berlibur saat Kabul jatuh ke tangan Taliban, mengatakan bahwa Moskow dan Beijing kini akan memainkan peran yang lebih besar di Afghanistan.
"Kita harus menggandeng lebih banyak negara dalam mengimbangi pengaruh Rusia dan Tiongkok. Pengaruh yang lebih besar dapat membuat pesan kita dapat tersampaikan dengan baik kepada Taliban," sebut Raab.
Baca: Tiongkok Tegaskan Dunia Harus Dukung Afghanistan Bukan Menekannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News