Ilustrasi. Foto: AFP.
Ilustrasi. Foto: AFP.

Bukti Intelijen AS Soal Asal-Usul Covid-19 Harus Diperiksa Lebih Mendalam

Marcheilla Ariesta • 28 Mei 2021 11:25
Washington: Pejabat pemerintahan Amerika Serikat (AS) mengatakan, sekumpulan bukti yang dimiliki intelijen mereka mengenai asal-usul virus korona masih belum diperiksa. Pemeriksaan memerlukan analisis komputer tambahan yang mungkin menjelaskan misteri tersebut.
 
Para pejabat menolak menjelaskan bukti baru itu, namun mereka berharap untuk menerapkan kekuatan komputer dalam menganalisisnya.
 
Selain mengumpulkan sumber daya ilmiah, dorongan Presiden AS Joe Biden dimaksudkan untuk mendorong sekutu dan badan intelijen Amerika untuk menggali informasi yang ada. Ini termasuk penyadapan, sanksi atau bukti biologis.

Tak hanya itu, dilansir dari New York Times, Jumat, 28 Mei 2021, seruan Biden juga termasuk mencari data intelijen baru untuk menentukan pemerintah Tiongkok menutupi kecelakaan atau kebocoran yang tidak disengaja.
 
Biden memerintahkan badan intelijen untuk melaporkan asal-usul covid-19 pertama kali muncul di Tiongkok. Dalam waktu 90 hari, Biden ingin tahu sumber virus korona berasal dari sumber hewan atau dari kecelakaan laboratorium.
 
Menurut Biden, badan intelijen saat ini terpecah atas dua kemungkinan sumber virus yang melanda planet ini selama setahun terakhir dan sudah menewaskan lebih dari 3,4 juta orang. Angka kematian itu  yang menurut para ahli tidak diragukan lagi merupakan perkiraan yang terlalu rendah.
 
Baca juga: Biden Minta Laporan Intelijen Asal-usul Covid-19 dalam 90 Hari
 
Perintah Biden menandakan meningkatnya kontroversi tentang bagaimana virus pertama kali muncul. Entah melalui kontak hewan di pasar di Wuhan, Tiongkok, atau melalui pelepasan virus korona dari laboratorium penelitian yang sangat aman di kota yang sama.
 
Menanggapi hal tersebut, Tiongkok menuding AS menyebar konspirasi dan disinformasi.
 
"AS menyebarkan teori konspirasi dan disinformasi seperti kebocoran laboratorium," ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Zhao Lijian.
 
Menurutnya, tuduhan AS tidak menghormati penyelidikan yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Februari lalu. Hal ini malah dapat merusak solidaritas global melawan virus.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan