"Kami meminta agar adanya pemisahan antara sains dan politik. Biarkan kami bekerja mencari beragam jawaban dalam atmosfer positif," kata Ryan, dilansir dari laman CGTN pada Sabtu, 29 Mei 2021.
"Pencarian solusi harus dilakukan melalui proses yang didorong solidaritas, seperti yang selalu dikatakan Dr Tedros (Adhanom Ghebreyesus)," sambungnya, merujuk pada Direktur Jenderal WHO.
Rabu kemarin, Presiden Amerika Serikat Joe Biden memerintahkan jajaran agensi intelijen AS untuk meningkatkan investigasi asal-usul Covid-19, termasuk apakah virus tersebut "muncul dari kontak manusia dengan hewan terinfeksi atau berasal dari sebuah kecelakaan laboratorium."
Teori mengenai Covid-19 berasal dari laboratorium telah dimentahkan dalam laporan gabungan WHO dan Tiongkok pada akhir Maret lalu.
Baca: Bukti Intelijen AS Soal Asal-Usul Covid-19 Harus Diperiksa Lebih Mendalam
Dalam laporan disebutkan bahwa Covid-19 kemungkinan besar bukanlah sebuah virus yang bocor dari sebuah laboratorium. WHO pun merekomendasikan kepada komunitas ilmiah untuk mempelajari lebih lanjut hal-hal lain seputar Covid-19.
Menurut Tiongkok, tudingan mengenai Covid-19 berasal dari laboratorium hanyalah sebuah "manipulasi politik" Negeri Paman Sam.
"Seolah-olah mereka tidak mau melihat fakta dan sains," tutur juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Zhao Lijian, pada Kamis kemarin usai pengumuman Biden.
"Mereka tidak peduli terhadap fakta atau kebenaran, dan sama sekali tidak tertarik terhadap studi asal-usul (Covid-19) yang berbasis ilmiah. Tujuan mereka adalah menggunakan pandemi ini untuk mengejar stigmatisasi dan manipulasi politik," lanjutnya.
Ia menyarankan AS untuk "mencontoh Tiongkok" dan berkolaborasi dengan WHO untuk menggelar investigasi gabungan asal-usul Covid-19. "Amerika Serikat harus berhenti memakai mentalitas perang dingin dan memandang Tiongkok secara objektif," pungkas Zhao.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News