Namun, di 2018, jumlah pemilih secara keseluruhan tumbuh di kedua sisi - pemilih kedua partai besar. "Tapi hal yang penting untuk dipahami, selalu ada penurunan antara (pemilih) di tahun (pemilu) paruh waktu dan tahun presiden," jelasnya.
Ia juga mengakui, jumlah pemilih di Amerika Serikat lebih rendah dibandingkan dengan di Eropa atau di wilayah dunia lainnya.
"Jadi kita mungkin di pemilu 2022 kita melihat penurunan jumlah pemilih dibandingkan 2020," ucapnya.
Pemilih Muda Meningkat
Meski demikian, di antara menurunnya jumlah pemilu tengah ini, ada peningkatan partisipasi pemilih di kalangan anak muda. "Jika melihat antara generasi muda ada perbedaan besar, ada gradien jumlah pemilih yang cukup konsisten yang dapat dilihat seiring bertambahnya usia," katanya."Seiring bertambahnya usia, mereka lebih cenderung berpartisipasi dalam pemilihan, itu yang terjadi pada generasi termuda, milenium dan Gen-Z," lanjut Jones.
Hanya saja, lanjut dia, para pemilih muda ini cenderung memilih kandidat partainya saja tanpa ingin mengetahui lebih lanjut mengenai calon yang mereka pilih tersebut.
Dalam laporan terakhir yang dirilis Pew Research Center, selama setahun masa jabatan Presiden Joe Biden, mengalami penurunan tingkat kepercayaan. Dari 65 persen setelah terpilih, menjadi 41 persen hingga setahun menjabat.
Namun, suaranya masih mayoritas dibanding milik Republik yang semakin terpuruk. Jones menjelaskan, Partai Republik mengungguli Demokrat dalam masalah ekonomi. Namun, saat menyangkut perubahan iklim, perawatan kesehatan, covid-19, aborsi, publik berpihak pada Demokrat.
Ia mengatakan, ke depannya akan menjadi sulit untuk kedua Partai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id