Sekutu mereka, Rusia, menyerukan agar ketegangan saat kini sedang diturunkan.
Dua negara pecahan Uni Soviet bentrok karena sengketa perbatasan dari 14 hingga 16 September. Kirgistan dan Tajikistan saling menuduh telah menyerang dengan menggunakan tank, mortir, artileri roket, dan pesawat tak berawak.
Kedua negara negara berbatasan dengan Tiongkok. Tajikistan juga memiliki perbatasan yang panjang dengan Afganistan.
Bentangan panjang perbatasan memicu konflik antara Kirgistan dan Tajikistan. Bentrokan pernah terjadi April 2021, yang telah menewaskan lebih dari 50 orang.
Masalah perbatasan negara-negara Asia Tengah sebagian besar berasal dari era Soviet, ketika Moskow mencoba membagi wilayah antara kelompok-kelompok yang sering menetap di antara beragam etnis.
"Kirgistan pada Minggu malam melaporkan tambahan 13 kematian akibat pertempuran. Negara bekas Soviet itu juga mengatakan 102 orang terluka," lapor Anadolu Agency, Senin, 19 September 2022.
Sebelumnya, Kirgistan mengatakan telah mengevakuasi sekitar 137.000 orang dari daerah konflik. Pemerintah menyatakan hari ini sebagai hari berkabung bagi para korban.
Media Kirgistan, yang menyebut konflik itu sebagai invasi, melaporkan beberapa pengungsi sudah mulai kembali ke rumah mereka.
Sementara itu di Tajikistan, dilaporkan bahwa 35 orang tewas. "Belum ada laporan evakuasi massal," kata Anadolu.
Kementerian Luar Negeri Tajikistan mengatakan, Kirgistan melanjutkan kampanye media menentangnya. Mereka juga mencatat bahwa Presiden Kirgistan Sadyr Japarov menggunakan istilah 'musuh' untuk merujuk ke Tajikistan dalam pidatonya.
Kedua belah pihak pada 16 September menyetujui gencatan senjata, yang sebagian besar bertahan meskipun ada beberapa dugaan insiden penembakan.
"Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara melalui telepon dengan Japarov dan Presiden veteran Tajik Emomali Rakhmon pada hari Minggu," kata Kremlin.
Putin mendesak kedua pihak untuk mencegah eskalasi lebih lanjut. "Presiden menyerukan agar mereka mengambil langkah-langkah untuk menyelesaikan situasi secara eksklusif dengan cara damai, politik dan diplomatik sesegera mungkin," pungkas Kremlin.
Baca: Sering Ribut, Kirgistan dan Tajikistan Diminta PBB Segera Berdialog Damai
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News