Kamala Harris ditunjuk Joe Biden gantikan dirinya sebagai capres AS dari Partai Demokrat. (AFP)
Kamala Harris ditunjuk Joe Biden gantikan dirinya sebagai capres AS dari Partai Demokrat. (AFP)

Bisakah Kamala Harris Kalahkan Trump di Pilpres AS? Ini Kata Pengamat

Marcheilla Ariesta • 23 Juli 2024 16:58

Jakarta: Mundurnya Joe Biden dari pencalonan presiden Amerika Serikat (AS) membuat ‘lubang besar’ bagi Partai Demokrat. Pasalnya, lawannya dari Partai Republik bisa disebut cukup tangguh dengan dukungan orang-orang kaya negara itu, yakni Donald Trump.

“Donald Trump adalah sebuah ujian yang sempurna akan kekuatan Nasionalisme Kristen di AS,” kata Kepala Kajian Wilayah Amerika Universitas Indonesia Suzie Sudarman kepada Medcom.id, Selasa, 23 Juli 2024.

Suzie mengatakan, kalangan elit Partai Republik - yang mendukung Trump - akan memproklamirkan Project 2025, dimana ini merupakan sebuah koleksi proposal kebijakan yang berjiwa konservatif dan kebijakan yang bernuansa sayap kanan (right-wing) yang di publikasi oleh Yayasan Heritage. Project 2025 ini dibuat untuk mengubah pemerintahan federal AS dan mengkonsolidasi kekuasaan eksekutif Trump menang di pemilihan presiden di tahun 2024.

“Kalangan Republik ditakuti  rakyat Amerika Serikat karena memiliki proyek 2025 tersebut di atas,” lanjut Suzie.

Melihat para pendukung sayap kanan itu mudah dimobilisasi dan didanai kalangan orang kaya, katanya, AS terancam akan diubah demokrasinya. Tak hanya itu, Negeri Paman Sam ditakutkan akan kembali berpandangan rasis terhadap kalangan kulit berwarna seperti zaman sebelum perjuangan hak-hak sipil.

“Partai Demokrat perlu untuk memfokuskan diri di Wilayah industrial di Midwest,” ujarnya.

Suzie menilai, hal tersebut karena kalangan para pekerja sedang dicoba diperebutkan dengan dipilihnya JD Vance, seorang politisi model Midwest dan berasal dari kawasan Appalachian yakni tempat kalangan pekerja berkerah biru, sebagai wakil dari Trump.

“Gerakan Make America Great Again (MAGA) ingin kembali seperti masa Reagan di mana kelas pekerja pertama kali menjadi pendukung Partai Republik,” lanjut Suzie.

MAGA, kata dia, juga dibuat menarik dengan dipilihnya seorang midwestern yang merah dan memiliki kesuksesan, sekalipun latar belakangnya dari kalangan yang kurang sejahtera.

“Medannya cukup berat bagi Calon Presiden perempuan di AS,” sambung dia, merujuk pada Kamala Harris

Kamala Harris ditunjuk Joe Biden menggantikannya sebagai calon presiden AS 2024 dari Partai Republik. Belum ada keputusan resmi, namun dukungan untun Harris mulai berdatangan.

Namun, banyak pihak menilai Harris akan sulit melawan Trump. Suzie menjelaskan, jika kalangan orang kaya terus membiayai populisme kanan dan memanfaatkan media yang dikuasai korporasi AS, bisa di prediksi akan sangat tegang perpolitikan negara adidaya tersebut.

“Kecuali misalnya Kamala Harris berhasil memilih calon wakil presiden yang bisa menenangkan rakyat AS dan cukup menarik sebagai calon presiden selanjutnya, kalau paradigma liberalisme tetap ingin dipelihara agar bisa mewujudkan keadilan yang diharapkan rakyat AS,” sambung dia.

Suzie menilai, dimensi kekuatan Kamala Harris adalah pertama ia termasuk kalangan minoritas dan perempuan. Keduanya hal tersebut akhir-akhir ini banyak kehilangan hak oleh keputusan Mahkamah Agung AS. 

“Kamala mewakili setiap jenis perilaku Trump yang dimenangkan Kamala di Pengadilan waktu menjadi Attourney General California. Dia memberantas University for Profit - padahal Trump punya Universitas for profit - Kamala juga memenangkan hak2 perempuan, dan Trump justru melecehkan perempuan,” tegas salah satu staf pengajar jurusan hubungan internasional UI tersebut.

Ditanya apakah akan ada calon dari Demokrat lain yanh bisa mengalahkan Trump di pencapresan nanti, Suzie mengatakan akan sangat riskan karena waktunya tidak terlalu lama sampai Konvensi dan Pemilu. 

“Diharapkan dengan sangat delegasi masing-masing negara bagian akan mengalihkan dukungan dari Joe Biden ke Kamala Harris agar Kamala Harris terhindar dari tantangan di konvensi Partai Demokrat dan mampu di nominasikan sebagai capres Partai Demokrat untuk bisa lanjut ke kampanye sampai saat pemilu November mendatang,” pungkasnya.

Baca juga: Pengamat: Obama Punya Pengaruh atas Mundurnya Biden


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan