Ratusan kasus keracunan gas telah dilaporkan di lebih dari 52 sekolah di seluruh Iran sejak akhir November lalu, menurut data resmi pemerintah negara tersebut. Para korban dari kasus ini adalah para siswi.
Mengutip dari laman TRT World, Selasa, 7 Maret 2023, rangkaian peristiwa tak biasa ini terjadi lebih dari lima bulan setelah dimulainya aksi protes masif di Iran yang dipicu kematian perempuan bernama Mahsa Amini terkait aturan berpakaian bagi perempuan.
"Jika kasus keracunan ini terkait dengan partisipasi dalam protes, maka itu sesuai dengan mandat misi pencarian fakta internasional independen PBB di Iran," kata juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre, merujuk pada badan yang didirikan pada November lalu untuk menyelidiki pelanggaran HAM di Iran.
"Harus ada investigasi independen yang kredibel, dan pertanggungjawaban bagi mereka yang bertanggung jawab," sambungnya, mengutuk kasus dugaan peracunan ini sebagai sesuatu yang tidak masuk akal.
Iran janjikan 'hukuman berat'
Selama lebih dari tiga bulan, ratusan murid perempuan telah melaporkan menderita gejala seperti sesak napas, mual dan vertigo setelah mendeteksi bau yang "tidak menyenangkan" atau "tidak dikenal." Beberapa dari mereka sampai harus dirawat di rumah sakit.Gelombang insiden telah memicu ketakutan di antara orang tua dan seruan kepada pihak berwenang untuk bertindak, dengan Wakil Menteri Kesehatan Iran Younes Panahi mengatakan bahwa serangan ini mungkin ditujukan untuk menghentikan akses pendidikan bagi anak perempuan.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada Senin kemarin mengatakan bahwa para pelaku harus dijatuhi "hukuman berat." Sejauh ini, otoritas Iran belum mengumumkan penangkapan apa pun terkait kasus peracunan siswi.
Baca juga: Ratusan Siswi di Iran Diduga Diracun, Presiden Raisi: Kejahatan Keji
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News