Salah satu fasilitas nuklir milik Iran. (AFP)
Salah satu fasilitas nuklir milik Iran. (AFP)

Iran Dinilai Tidak Serius untuk Hidupkan Kembali Perjanjian Nuklir 2015

Medcom • 06 Desember 2021 18:45
Wina: Kelanjutan dialog program nuklir Iran 2015 selama lima hari telah berakhir pekan kemarin. Sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat, menilai Iran terkesan tidak serius untuk menghidupkan kembali perjanjian bertajuk Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) itu.
 
Jajaran diplomat Eropa juga menuduh Iran melanggar beberapa janji yang telah diucapkan sebelumnya. Bahkan Rusia, negara yang memiliki hubungan cukup baik dengan Iran, mempertanyakan komitmen Teheran terhadap proses menghidupkan kembali JCPOA.
 
Israel, dalam kapasitas sebaai pengamat luar, meningkatkan retorikanya terkait potensi ancaman nuklir Iran dan telah mengirim dua utusan keamanannya ke Washington untuk melakukan konsultasi.

"Saya menyerukan kepada semua negara yang bernegosiasi dengan Iran di Wina untuk mengambil sikap kuat, menegaskan kepada Iran bahwa mereka tidak boleh memperkaya uranium dan bernegosiasi di waktu yang sama," kata Perdana Menteri Israel Naftali Bennett pada Minggu kemarin.
 
"Iran harus mulai membayar sebuah harga atas pelanggaran yang dibuatnya," sambung dia, dilansir dari VOA, Senin, 6 Desember 2021.
 
Baca:  Israel Tegaskan Tak Mau Terikat dengan Perjanjian Nuklir Iran
 
Mungkin hasil paling positif dari dialog di Wina pekan kemarin adalah kesepakatan untuk melanjutkan dialog di putaran berikutnya. Saat para negosiator berkumpul dalam beberapa hari mendatang, akan terlihat apakah dialog JCPOA ini akan berjalan ke arah yang positif atau negatif.
 
JCPOA, yang dipelopori mantan presiden AS Barack Obama, mewajibkan Iran untuk membatasi program nuklir. Sebagai gantinya, Teheran akan mendapat kelonggaran sanksi ekonomi.
 
Namun pada 2018, mantan Presiden AS Donald Trump menarik diri dari JCPOA. Geram terhadap AS, Iran pun meningkatkan aktivitas nuklirnya dengan memperkaya uranium melampaui batas-batas kesepakatan JCPOA.
 
Pekan kemarin, Iran mengukuhkan posisi dengan mengatakan bahwa apa yang telah didiskusikan di putaran-putaran dialog sebelumnya dapat dinegosiasikan ulang. Di tengah negosiasi, pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengonfirmasi bahwa Iran telah mulai memperkaya uraniumnya hingga mencapai 20 persen di sebuah fasilitas di Fordo.
 
Selama ini, Iran menegaskan bahwa program nuklirnya dijalankan untuk tujuan damai. Namun, pengayaan uranium -- salah satu bahan utama senjata nuklir -- yang terus dilakukan Iran membuat banyak negara khawatir. (Nadia Ayu Soraya)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan