Dikutip dari laman Al Jazeera pada Minggu, 1 November 2020, otoritas Prancis masih menginterogasi keenam orang tersebut, untuk memahami apakah mereka terkait dengan pelaku penyerangan bernama Brahim Issaoui. Pria asal Tunisia itu melakukan penikaman secara brutal di sebuah gereja di Nice pada Kamis pekan lalu.
Sejauh ini otoritas Prancis belum dapat mengetahui apakah Issaoui mendapatkan bantuan dari pihak luar atas penyerangan di Nice. Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut penikaman di Nice sebagai "serangan teroris."
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Masih terlalu dini untuk menyebutkan ada tidaknya kaki tangan lain, atau mengenai motif pelaku datang ke Prancis, serta sejak kapan ide (pembunuhan) ini ada di dalam dirinya," ujar seorang sumber yang turut terlibat dalam investigasi kasus penyerangan di Nice.
Baca: Pelaku Teror Nice Datang untuk Membunuh
Issaoui ditembak beberapa kali oleh polisi, dan saat ini berada dalam kondisi serius di sebuah rumah sakit. Tim investigator belum dapat menginterogasi pelaku, dan motif utama di balik penikaman tersebut juga belum diketahui.
Namun penikaman tersebut diyakini terkait dengan kontroversi kartun Nabi Muhammad buatan majalah Charlie Hebdo. Kartun tersebut juga telah memicu pemenggalan terhadap seorang guru bernama Samuel Paty, yang dilakukan oleh pengungsi asal Chechnya beberapa hari sebelum penikaman di Nice.
Paty diketahui sempat memperlihatkan kartun Nabi Muhammad kepada para muridnya dalam pelajaran kebebasan berekspresi. Macron mengecam pemenggalan, namun tetap membela kartun Nabi Muhammad sebagai bentuk dari kebebasan berekspresi.
Aksi kekerasan lainnya terjadi di Lyon belum lama ini, meski belum dapat dipastikan apakah terkait dengan kartun Nabi Muhammad atau tidak. Dalam peristiwa di Lyon, seorang pendeta Ortodoks terluka parah usai ditembak seseorang dengan menggunakan senjata jenis sawn-off shotgun.
(WIL)