Presiden AS Joe Biden (kanan) saat bersama Raja Yordania Abdullah II di Gedung Putih, Washington, 12 Februari 2023. (Anna Moneymaker / Getty / AFP)
Presiden AS Joe Biden (kanan) saat bersama Raja Yordania Abdullah II di Gedung Putih, Washington, 12 Februari 2023. (Anna Moneymaker / Getty / AFP)

AS dan Yordania Desak Israel Menahan Diri Jelang Serangan ke Rafah

Willy Haryono • 13 Februari 2024 08:52
Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Raja Yordania Abdullah II mendesak Israel untuk menahan diri menjelang rencana serangan darat ke kota Rafah di Jalur Gaza. Kedua pemimpin menekankan pentingnya perlindungan terhadap para sandera dan warga sipil Palestina di Gaza.
 
Pernyataan kedua pemimpin muncul setelah pertemuan di Gedung Putih, di mana keduanya berbicara tentang peningkatan bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina yang tinggal di Gaza, serta bagaimana mencapai perdamaian di wilayah tersebut.
 
Biden dan Abdullah juga mendorong Solusi Dua Negara (Two-State Solution) yang dinilai dapat menjamin keamanan Israel serta memberikan hak kepada Palestina untuk membentuk negara sendiri.

Mengutip dari Washington Times, Selasa, 13 Februari 2023, pertemuan Biden dan Abdullah merupakan kali pertama antara keduanya sejak tiga tentara AS tewas bulan lalu dalam serangan drone terhadap pangkalan Amerika di Yordania.
 
Pemerintahan Biden menyalahkan milisi Irak terkait Iran atas serangan tersebut. Milisi dan sekutu Iran lainnya di kawasan telah meningkatkan serangan mereka terhadap sasaran AS dan Israel sejak kelompok Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023.
 
Rencana operasi darat Israel ke Rafah, yang sekarang menampung lebih dari separuh pengungsi Gaza, menjadi sorotan dalam pertemuan Biden dan Abdullah. Pada Senin malam, serangan udara Israel telah menewaskan sedikitnya 94 orang di Gaza, menurut laporan kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.
 
Sebelumnya, Biden telah mendesak Netanyahu melalui panggilan telepon untuk menahan diri menjelang invasi darat di Rafah, dengan mengatakan bahwa sudah ada cukup banyak kematian dan penderitaan di wilayah tersebut.
 
"Operasi militer besar-besaran di Rafah tidak boleh dilanjutkan tanpa rencana kredibel untuk menjamin keselamatan dan dukungan bagi lebih dari 1 juta orang yang berlindung di sana," tegas Biden.
 
"Situasinya sudah tidak tertahankan bagi lebih dari satu juta orang di Rafah sejak perang dimulai," tutur Raja Yordania.
 
"Kita tidak bisa berdiam diri dan membiarkan hal ini terus terjadi. Kami membutuhkan gencatan senjata yang langgeng sekarang," lanjutnya.
 
Para pejabat PBB telah memperingatkan bahwa jika Israel terus melakukan serangan ke Rafah, maka hal itu dapat menewaskan ribuan korban sipil.
 
Baca juga:  Israel Desak PBB Bantu Evakuasi Warga Sipil dari 'Zona Perang' Gaza
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan