Presiden Prancis Emmanuel Macron bersama dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam kunjungannya ke Beijing. (AFP)
Presiden Prancis Emmanuel Macron bersama dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam kunjungannya ke Beijing. (AFP)

Macron: Eropa Jangan Jadi Pengikut AS atau Tiongkok Soal Taiwan

Marcheilla Ariesta • 10 April 2023 07:34
Paris: Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, Eropa tidak boleh menjadi 'pengikut' Amerika Serikat (AS) atau Tiongkok mengenai masalah Taiwan. Menurutnya, blok itu berisiko terjerat dalam 'krisis yang bukan milik kita'.
 
Komentarnya berisiko membuat marah AS dan menyoroti perpecahan di Uni Eropa mengenai cara 'mendekati' Tiongkok.
 
Pasalnya, AS meningkatkan konfrontasi dengan saingan terdekatnya dan Beijing semakin dekat ke Rusia setelah invasi ke Ukraina.

"Hal terburuk adalah berpikir bahwa kita orang Eropa harus menjadi pengikut dan menyesuaikan diri dengan ritme Amerika dan reaksi berlebihan Tiongkok," kata Macron, dilansir dari AFP, Senin, 10 April 2023.
 
Mengutip cita-citanya tentang "otonomi strategis" UE, pemimpin Prancis itu mengatakan, "Kita harus jelas di mana pandangan kita tumpang tindih dengan AS, tetapi apakah itu tentang Ukraina, hubungan dengan Tiongkok atau sanksi, kita memiliki strategi Eropa".
 
Baca juga: Akhiri Kunjungan di Guangzhou, Macron Puji Persahabatan Prancis-Tiongkok
 
"Kami tidak ingin masuk ke logika blok versus blok. Eropa tidak boleh terjebak dalam kekacauan dunia dan krisis yang bukan milik kita," sambungnya.
 
Beijing memandang Taipei yang demokratis sebagai bagian dari wilayahnya. Mereka berjanji untuk merebutnya suatu saat nanti, bahkan dengan paksaan jika perlu.
 
Marah dengan pertemuan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen minggu lalu dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy, Beijing meluncurkan latihan militer besar-besaran di sekitar pulau itu segera setelah Macron berangkat ke Prancis, termasuk simulasi serangan di wilayahnya.
 
Macron membahas Taiwan dengan pemimpin Tiongkok, Xi Jinping pada Jumat lalu, selama kunjungannya. Kantornya di Istana Elysee mengatakan pembicaraan itu "padat dan jujur".
 
Mereka menambahkan, Presiden Prancis khawatir tentang ketegangan yang meningkat di kawasan itu yang dapat menyebabkan "kecelakaan yang mengerikan".
 
Pengamat dari Foundation for Strategic Research (FRS) Antoine Bondaz mengatakan, Macron hanya berbicara mengenai reaksi berlebihan Tiongkok. Mereka melupakan keinginan Beijing untuk mengubah status quo dengan mengambil alih Taiwan.
 
"Mengapa keinginan untuk tidak pernah mengingat kita memiliki kepentingan dalam menjaga stabilitas?" katanya.
 
Menurutnya, ambiguitas Macron menimbulkan keraguan terhadap mitra Prancis lainnya.
 
Kemunculan Eropa sebagai pemain geostrategis independen telah menjadi tujuan Macron selama bertahun-tahun. Hal ini sejalan dengan tradisi sejak presiden pendiri Republik Kelima Charles de Gaulle, yang melihat Prancis sebagai kekuatan penyeimbang antara blok Perang Dingin.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan