Demikian disampaikan Kepala Hak Asasi Manusia PBB Volker Turk, yang mengecam kelaparan yang semakin meluas di Gaza.
Dalam sebuah pernyataan yang dikecam Israel, Turk mengatakan bahwa situasi kelaparan ini akibat dari pembatasan ekstensif Israel terhadap arus masuk dan distribusi bantuan kemanusiaan serta barang-barang komersial.
Hal ini juga terkait "pengungsian sebagian besar penduduk, serta kehancuran infrastruktur sipil yang penting," ujarnya.
"Besarnya pembatasan yang dilakukan Israel terhadap masuknya bantuan ke Gaza, dan cara mereka terus melakukan permusuhan, mungkin berarti penggunaan kelaparan sebagai metode perang, yang merupakan kejahatan perang," ucap Turk, dikutip dari Channel News Asia pada Rabu, 20 Maret 2024.
Juru bicaranya, Jeremy Laurence, mengatakan kepada wartawan di Jenewa bahwa keputusan akhir apakah “kelaparan digunakan sebagai senjata perang” akan ditentukan oleh pengadilan.
Kelaparan di Gaza
Komentar Turki disampaikan setelah penilaian keamanan pangan yang didukung PBB, yang menetapkan bahwa Gaza sedang menghadapi kelaparan. Perang dahsyat sejak 7 Oktober telah menyebabkan sekitar setengah warga Gaza – sekitar 1,1 juta orang – mengalami kelaparan parah, menurut penilaian tersebut.Tanpa gelombang bantuan, kelaparan akan menimpa 300.000 orang di bagian utara Gaza pada Mei mendatang.
Temuan ini muncul hanya lima bulan setelah perang Gaza, yang meletus setelah operasi kilat Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.160 orang di Israel, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP atas angka resmi Israel.
Hamas juga menyandera sekitar 250 sandera, yang diyakini Israel 130 orang masih berada di Gaza, termasuk 33 orang yang diperkirakan tewas.
Serangan balasan Israel terhadap Hamas telah menewaskan lebih dari 31.800 orang, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan Gaza. (Nabila Ramadhanty Putri Darmadi)
Baca juga: Kelaparan di Gaza Semakin Parah, Kematian Massal Dapat Segera Terjadi
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News