Dalam pengadilan di ruang persidangan federal di Virginia Utara, Fluke-Ekren terancam dijatuhi hukuman 20 tahun penjara.
"Lebih dari 100 perempuan dan gadis muda, termasuk yang berusia 10 atau 11 tahun, telah menerima 'pelatihan militer' dari Fluke-Ekren di Suriah atas nama ISIS," kata Kementerian Kehakiman AS, dikutip dari Al Jazeera, Rabu, 8 Juni 2022.
Setelah ditangkap di Suriah, Fluke-Ekren dibawa ke AS pada akhir Januari untuk menghadapi dakwaan. Ia akan divonis pada 25 Oktober mendatang.
"Fluke-Ekren berusaha memotivasi peserta pelatihannya dengan menjelaskan bagaimana militan perempuan dapat memastikan ISIS tetap hidup dengan 'membantu ISIS berkembang dan bertahan' melalui penggunaan senjata, termasuk menembakkan senapan serbu AK-47, granat, dan bom bunuh diri," ucap kementerian tersebut.
Sebuah pengaduan pidana pada 2019, yang dibuka awal tahun ini, mengutip kesaksian beberapa saksi terhadap Fluke-Ekren. Mereka mengatakan, Fluke-Ekren membahas rencana serangan di wilayah AS dan juga menerjemahkan materi ISIS ke dalam bahasa Inggris.
"Menurut seorang saksi, pada atau sekitar akhir 2016, 'Wali' (atau walikota yang ditunjuk ISIS) dari Raqqa, Suriah, diduga mengizinkan pembukaan 'Khatiba Nusaybah,' yang merupakan batalion militer yang hanya terdiri dari perempuan," kata pernyataan Kementerian Kehakiman AS yang dirilis Januari lalu.
"Tak lama kemudian, Fluke-Ekren diduga menjadi pemimpin dan penyelenggara batalion," sambung mereka.
Pihak kementerian menambahkan bahwa batalion perempuan ISIS aktif beroperasi selama pengepungan Raqqa di tahun 2017. Raqqa adalah ibu kota de facto ISIS dan salah satu benteng teritorial terakhirnya sampai kota Suriah itu direbut oleh Pasukan Demokratik Suriah (SDF).
Pihak berwenang AS mengatakan unit tersebut menawarkan pelatihan medis dan fisik serta kursus persiapan senjata, beberapa di antaranya diajarkan oleh Fluke-Ekren sendiri.
Berasal dari wilayah Midwest, Fluke-Ekren pernah bekerja sebagai guru di AS, sebelum akhirnya meninggalkan negara itu dan bergabung dengan ISIS di Suriah, menurut Kementerian Kehakiman.
ISIS menguasai banyak wilayah di Irak dan Suriah dari 2014 hingga akhirnya tumbang di akhir 2017. Selama waktu itu, ISIS, yang telah mendeklarasikan "kekhalifahan" dan mengilhami serangan terhadap sasaran sipil di seluruh dunia, menarik ribuan pejuang asing, termasuk dari Eropa dan AS.
Baca: 2 dari 5 WNI Fasilitator Keuangan ISIS di Amerika Telah Dihukum
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News