Sejak awal invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari, AS beserta para sekutunya beramai-ramai memberikan beragam bantuan kepada Ukraina, termasuk dalam bentuk persenjataan.
"Jika AS dan NATO benar-benar tertarik menyelesaikan krisis Ukraina, maka mereka harus segera bangun dari tidur dan berhenti memasok Kiev dengan senjata dan amunisi," ucap Lavrov dalam sebuah wawancara bersama Xinhua dan dikutip oleh aljazeera, Sabtu, 30 April 2022.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Bantuan yang diberikan Washington dan para sekutunya kepada Ukraina telah mencapai miliaran dolar AS. Presiden AS Joe Biden telah meminta Kongres untuk menyalurkan dana sebesar USD33 miliar untuk mendukung Ukraina melawan Rusia.
Rusia berulang kali menentang langkah AS yang memberikan dukungan militer kepada Ukraina. Menurut Rusia, langkah semacam itu dapat diibaratkan seperti "menyiram minyak kepada api" peperangan.
Sebelumnya, Kremlin juga pernah melabeli penyaluran senjata Barat ke Ukraina sebagai sebuah ancaman terhadap keamanan Eropa.
Baca: Lavrov Sebut NATO Tengah Berperang dengan Rusia Melalui Proksi
Setelah gagal merebut ibu kota Kiev sejak akhir Februari dan sepanjang Maret, kini Rusia mengintensifkan operasi militernya di wilayah Donbas.
Membantah adanya kemunduran, Lavrov menegaskan bahwa "operasi militer khusus tetap berjalan sesuai rencana."
Sejak Februari lalu, Tiongkok berusaha menghindari melontarkan kecaman langsung terhadap invasi Rusia di Ukraina demi mempertahankan persahabatan antar kedua negara. Beijing hanya pernah menyerukan agar konflik di Ukraina diselesaikan melalui jalan dialog.