"NATO, pada dasarnya, sedang terlibat perang dengan Rusia mealui sebuah proksi, dan mereka terus mempersenjata proksi tersebut. Perang artinya perang," ucap Lavrov, dikutip dari New York Post, Selasa, 26 April 2022.
Sementara itu di Amerika Serikat, Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengatakan bahwa AS ingin melihat Ukraina tetap menjadi sebuah negara demokratik. Namun di waktu bersamaan, AS juga ingin "melihat Rusia melemah ke titik di mana mereka tidak dapat lagi melakukan berbagai hal, seperti menginvasi Ukraina."
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dalam pernyataan yang dipandang sebagai respons langsung terhadap Austin, Lavrov mengatakan Moskow "merasa bahwa Barat ingin agar Ukraina terus berperang, dalam upaya memperlemah dan menguras sumber daya militer Rusia. Hal tersebut hanya sebuah ilusi."
Di saat jajaran menhan bertemu di Jerman untuk menggelar pertemuan yang dipimpin AS, Lavrov mengatakan berlanjutnya bantuan Barat kepada Ukraina dapat diartikan bahwa aliansi NATO telah memposisikan diri mereka sebagai pihak yang "terlibat perang dengan Rusia."
Selain itu, Lavrov juga menuduh NATO seolah telah "menyiram minyak ke api" dan memperingatkan bahwa hal tersebut berpotensi memicu Perang Dunia III. Ia memperingatkan bahwa potensi terjadinya konflik nuklir ini "tidak seharusnya diremehkan."
"Bahayanya serius dan nyata. Kita tidak boleh meremehkannya," sebut Lavrov.
Baca: Menlu Rusia Peringatkan Invasi ke Ukraina Berisiko Perang Dunia III
Jenderal Mark Milley, ketua kepala staf gabungan AS, mengatakan bahwa tujuan utatma dari pertemuan di Jerman adalah memastikan Ukraina memiliki cukup persenjataan untuk terus bertahan dari gempuran Rusia.