Menurut pernyataan Kemenlu, pada 15 April 2023, telah terjadi tembak menembak antara Angkatan Bersenjata Sudan dengan milisi Rapid Support Forces di beberapa titik di kota Khartoum.
“Peristiwa ini diduga disebabkan adanya perbedaan pendapat antara militer dan RSF terkait proses reformasi sektor keamanan dan integrasi RSF ke dalam militer Sudan. Integrasi itu merupakan sebagai bagian dari proses politik yang sedang berlangsung saat ini,” dilansir dari pernyataan Kemenlu RI.
“Hingga saat ini, tidak ada WNI yang menjadi korban peristiwa dimaksud. Tercatat terdapat sekitar 1.209 WNI yang menetap di Sudan,” imbuh pernyataan Kemenlu.
Hingga kini, KBRI Khartoum di Sudan terus memantau situasi, dan telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan menghindari titik- titik rawan. KBRI juga terus mengintensifkan komunikasi dgn masyarakat Indonesia.
Baca: Bentrokan Antar Militer Sudan, Tiga Warga Sipil Dilaporkan Tewas. |
Adapun call center KBRI Sudan adalah +249 90 797 8701, dan +249 90 007 9060.
Bentrokan berlangsung di sekitar istana kepresidenan dan Bandara Internasional Khartoum saat kedua belah pihak berebut untuk menguasai situs simbolis. Namun pihak pemerintah membantah bahwa RSF menguasai desk utama
Kedua pihak menjalin kemitraan setelah penggulingan mantan pemimpin Omar al Bashir pada 2019. Tetapi bos militer Jenderal Abdel Fattah al-Burhan telah menjadi presiden de facto negara itu sejak kudeta militer pada Oktober 2021.
Kesepakatan baru yang ditandatangani akhir tahun lalu seharusnya membuka jalan menuju pemilu yang demokratis, tetapi kekerasan hari Sabtu meletus setelah berminggu-minggu ketegangan meningkat.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News